Internasional

Setahun Genosida Israel di Gaza: 16 Ribu Anak-anak Palestina Meninggal, 625 Ribu Lainnya Putus Sekolah

Selasa, 1 Oktober 2024 | 15:30 WIB

Setahun Genosida Israel di Gaza: 16 Ribu Anak-anak Palestina Meninggal, 625 Ribu Lainnya Putus Sekolah

Potret anak-anak dan warga Palestina. (Foto: WAFA)

Jakarta, NU Online

Sejak serangan militer Israel meletus pada 7 Oktober 2023, tragedi kemanusiaan yang mengerikan terus berlangsung di Palestina. Hingga kini, setidaknya lebih dari 42 ribu orang Palestina meninggal akibat serangan intens Israel yang terus berlangsung selama setahun terakhir.


Palestinian Central Bureau of Statistics (PCBS) melaporkan, jumlah korban tewas Palestina menembus angka 42.334, dengan mayoritas korban berasal dari Jalur Gaza. Sebanyak 41.615 korban jiwa berada di Jalur Gaza dan 719 korban jiwa lainnya di Tepi Barat. Dari jumlah tersebut, 16.891 adalah anak-anak, yang menjadi salah satu kelompok paling rentan dalam konflik yang berkepanjangan ini. Selain itu, 11.458 wanita turut menjadi korban, dan lebih dari 10.000 orang masih hilang.


Serangan brutal ini juga merusak infrastruktur pendidikan di Palestina, di mana 122 gedung sekolah dan perguruan tinggi hancur total, sementara 334 lainnya rusak sebagian. Dampak ini memperparah krisis pendidikan di wilayah tersebut, yang semakin meminggirkan hak anak-anak Palestina untuk mendapatkan pendidikan.
 

Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Children’s Fund (UNICEF) melaporkan, sekitar 625 ribu anak di Gaza terpaksa putus sekolah selama satu tahun ajaran penuh imbas serangan Israel di Jalur Gaza. Sebanyak 45.000 anak berusia 6 tahun terpaksa tidak dapat mengenyam pendidikan di tahun ajaran ini.
 

Wakil Direktur Eksekutif Operasi Aksi Kemanusiaan dan Pasokan UNICEF, Ted Chaiban, menggambarkan kondisi di lapangan yang mengkhawatirkan bagi kesehatan anak-anak. "Kami berada di Sekolah Jarrar Al Qudwa, yang kini menjadi tempat penampungan bagi 300 keluarga. Kondisi sanitasi sangat buruk, air limbah dari toilet dan pancuran mengalir tanpa pengolahan. Ini memperburuk krisis kesehatan, termasuk wabah penyakit kulit dan infeksi pernapasan," katanya, dilansir dari akun X resmi Unicef, Senin (1/10/2024).


Krisis sanitasi di Gaza telah menyebabkan peningkatan penyakit, terutama di kalangan anak-anak, yang tinggal di lingkungan yang tidak layak. UNICEF, bersama dengan organisasi kemanusiaan lainnya, berupaya memperbaiki infrastruktur penting seperti stasiun pemompaan limbah, meski tantangan besar masih menghadang.


Sementar itu, Juru bicara PBB untuk wilayah Palestina, Jonathan Crickx, mengungkapkan, nasib anak-anak Palestina yang terpaksa menderita sebab situasi ini. "Mereka tidak diizinkan menjalani kehidupan normal seperti anak-anak pada umumnya. Tidak ada pendidikan, permainan, atau kegembiraan. Bahkan, anak-anak berusia lima atau enam tahun harus mencari makanan untuk keluarga mereka," ujarnya, dilansir dari AFP.
 

Sebagai bentuk kepedulian terhadap warga Palestina, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui NU Care-LAZISNU mengajak masyarakat untuk menyalurkan bantuan dana kemanusiaan. Bantuan dapat disalurkan melalui NU Online Super App di fitur Zakat & Sedekah atau melalui tautan ini.