Internasional

Soal Kasus Khashoggi, Tunangan: Dunia Belum Melakukan Apa-apa

Jumat, 17 Mei 2019 | 11:30 WIB

Soal Kasus Khashoggi, Tunangan: Dunia Belum Melakukan Apa-apa

Tunangan Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz (ANTARA photo/Anadolu)

Washington, NU Online
Tunangan Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz, mengatakan, hingga saat ini belum ada pihak yang menghadapi konsekuensi serius atas terbunuhnya jurnalis asal Arab Saudi tersebut. Dia menilai, dunia belum melakukan apa-apa atas kasus pembunuhan tunangannya itu.

“Saya tidak bisa paham, dunia masih belum melakukan apapun tentang kasus ini,” kata Hatice kepada subkomite Luar Negeri DPR Amerika Serikat, dikutip Reuters, Jumat (17/5).

Diketahui, Jamal Khashoggi dibunuh di Konsulat Arab Saudi di Istanbul Turki pada Selasa, 2 Oktober 2018 lalu. Hatice adalah orang yang terakhir bertemu dengan Khashoggi. Saat itu, Khashoggi ditemani Hatice ke Konsulat Saudi untuk mengurus dokumen pernikahannya dengan tunangannya asal Turki itu.

“Kita tidak tahu mengapa dia dibunuh. Kita juga tidak tahu dimana jenazahnya berada,” tambah Hatice.

Hatice menyerukan agar Arab Saudi dijatuhi hukuman. Dia juga juga meminta agar AS mendorong kebebasan tahanan politik yang dipenjara pihak kerajaan Saudi. 

Otoritas AS menyimpulkan bahwa tingkat tertinggi pemerintahan Saudi bertanggung jawab atas kematian Khashoggi. Kendati demikian, Saudi menepis Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman tidak terlibat dalam kasus tersebut.

“Saya pikir kita memilih antara dua hal. Kita dapat terus berjalan seolah-olah tidak ada yang terjadi atau kita dapat bertindak. Kita dapat mengesampingkan semua kepentingan, kepentingan internasional dan politik, serta fokus pada nilai-nilai untuk kehidupan yang lebih baik,” jelasnya.

"Saya pikir ini adalah ujian bagi AS dan saya percaya ini adalah ujian yang bisa dan harus dilewati," lanjutnya. 

Jamal Khashoggi dikenal sebagai jurnalis dan komentator politik Arab Saudi yang kritis. Dia mengkritisi beberapa kebijakan yang dikeluarkan Kerajaan Saudi. Diantaranya soal intervensi Saudi pada konflik yang terjadi di Yaman, penangkapan para aktivis dan ulama Saudi, kebebasan berpendapat, dan Ikhwanul Muslimin yang dinilai sebagai organisasi teroris. (Red: Muchlishon)