Internasional

Terkait Suriah, SBY Dinilai Pro Amerika

Kamis, 18 Oktober 2012 | 10:15 WIB

Jakarta, NU Online
Direktur Eksekutif Global Future Institute Hendrajit mengatakan, idato Presiden SBY di depan peserta Musyawarah Nasional PBNU September lalu mengenai sikap Indonesia terkait krisis di Suriah, sangat mengecewakan. 
<>
"Meskipun tidak secara terang-terangan mendukung skema global Amerika menggusur Presiden Bashar Assaad, namun penekannya pada upaya dunia internasional untuk menghentikan konflik bersenjata di Suriah, bisa ditafsirkan tetap memberi angin bagi kekuatan-kekuatan pro Amerika dan Eropa Barat untuk menggusur Presiden Assaad dari kursi kepresidenan," terang Hendrajit kepada NU Online di Jakarta, siang tadi (18/10).

Dia berpendapat, pernyataan Presiden SBY sangat pro Amerika dan para sekutunya yang menggunakan dalih demokrasi dan pelanggaran hak-hak asassi manusia sebagai pembenaran agar dunia internasional melakukan isolasi total terhadap Presiden Assaad. 

"Presiden Hugo Chavez justru memberikan sikap yang jauh lebih progresif daripada Presiden SBY. Dengan menyatakan diri berada dalam satu sikap dan haluan dengan Rusia dan Cina yang sudah terlebih dahulu mengecam campur-tangan AS di Suriah, Hugo Chavez menegaskan bahwa mendukung gerakan penggulingan kekuasaan Presiden Bashar Assaad berarti secara terang-terangan melakukan pelanggaran kedaulatan nasional Suriah," paparnya.

Cina dan Rusia, kata Hendrajit, cukup punya alasan kuat mengecam campur tangan AS di Suriah. "Presiden  Venezuela Hugo Chavez juga tidak omong kosong ketika mengatakan penggusuran Presiden Bashar Assaad merupakan pelanggaran kehormatan dan kedaulatan nasional terhadap Suriah," lanjutnya.

Lebih jauh Hendrajit berharap bahwa Pemerintah Indonesia tidak bisa netral dan acuh tak acuh. Harus ada sebuah tindakan nyata dan bersifat ofensif baik dari jajaran kementerian luar negeri, maupun elemen-elemen masyrakat, terutama dua organisasi Islam terbesar di Indonesia NU dan Muhammadiyah, untuk menyatukan sikap menentang campur tangan AS dalam urusan dalam negeri Suriah.  

Dikatakannya, konflik di Suriah terus berkecamuk karena keseimbangan antara AS dan sekutunya, Rusia dan Cina cukup terjaga dan ini bikin AS dan Inggris jadi kebakaran jenggot belum lagi Iran yang pakai selat Hormuz sebagai kartu truf.



Penulis: Hamzah Sahal