Internasional

Tiga Isu Sorotan Pemuda ASEAN di KTT Ke-34

Ahad, 23 Juni 2019 | 14:30 WIB

Tiga Isu Sorotan Pemuda ASEAN di KTT Ke-34

Wakil Sekretaris PP IPNU Najmi Mumtaza Rabbany

Jakarta, NU Online
Para pemuda perwakilan negara-negara di Asia Tenggara melakukan pertemuan dalam Forum Pemimpin Muda ASEAN (ASEAN Youth Leaders) di Bangkok, Thailand sejak Kamis (20/6) hingga Senin (24/6) esok.

Wakil Sekretaris Pimpinan Pusat Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PP IPNU) Najmi Mumtaza Rabbany mengungkapkan ada tiga isu penting yang menjadi sorotan para pemuda ASEAN, yakni lingkungan, pendidikan, dan sosial ekonomi.

Najmi mengusulkan persoalan lingkungan harus menjadi perhatian para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara. Pasalnya, setiap tahun, jumlah sampah selalu meningkat, tak terkecuali sampah plastik.

Oleh karena itu, penting menurutnya, para pemimpin negara mulai berinovasi dengan kecanggihan teknologi untuk mengurangi dan memanfaatkan limbah serta menanmkan mental ramah lingkungan.

"Saya rasa di sini dibutuhkan penanaman mental ramah lingkungan di antara negara-negara anggota ASEAN demi tecapainya kelestarian lingkungan," ungkap mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) sebagai salah satu poin penting yang ia ajukan dalam ASEAN Youth Statement (AYS).

Selain itu, para pemuda ASEAN juga menyoroti pendidikan. Melalui (AYS), mereka menyampaikan kepada para pemimpin negara-negara di Asia Tenggara untuk meningkatkan kualitas pengajaran.

Hal ini, perlu dilakukan dengan program pelatihan, peningkatan insentif guru, dan program pertukaran guru guna berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang keterampilan dan metodologi dalam pengajaran.

"Sebagai tambahan, mengingat keuntungan bagi para pelajar, kami ingin mengusulkan pendidikan gratis bagi semua anggota negara ASEAN. Karena kami sudah memasuki revolusi industri 4.0, keterampilan abad 21 harus diimplementasikan di kelas agar dapat memenuhi permintaan pasar," kata mereka sebagaimana tertuang dalam AYS.

Di samping itu, mereka juga menyoroti soal pertumbuhan sosial ekonomi. Mereka melihat perlunya peningkatan kesempatan pembuatan start-up guna memudahkan akses dan meningkatkan keterampilan berwirausaha kaum muda.

"Kami mendorong promosi pendidikan vokasi dengan mencitrakan ulang wajah institusinya," katanya dalam naskah AYS.

Di luar tiga isu tersebut, mereka berharap agar pemuda dapat terlibat dalam proses  pengambilan kebijakan negara.

Mereka juga menegaskan bahwa pertumbuhan di tengah komunitas yang berbeda merupakan tanggung jawab mereka untuk saling menghormati dan maju bersama sebagai satu kesatuan. Karenanya, mereka mengadvokasi dan meningkatkan kesadaran pentingnya pendidikan, penjagaan lingkungan, dan inklusivitas pembangungn melalui inisiasi dan dialog pemuda.

Hidup di era digital, mereka juga akan mengambil media sosial sebagai bagian dari penyaluran tanggung jawab mereka menyuarakan tiga isu penting di atas dan menghormati satu sama lain, mencegah penyebaran kabar bohong, dan ujaran kebencian. (Syakir NF/Kendi Setiawan)