Damaskus, NU Online
Pejabat Kurdi Suriah menyatakan bahwa lima tahanan ISIS berhasil kabur dari penjara yang dikelolanya di wilayah Suriah Timur Laut. Peristiwa itu terjadi setelah pasukan Turki menggempur wilayah itu.
"Lima teroris kabur dari Navkur setelah tembakan artileri mengenai penjara tersebut," kata seorang pejabat dari Pasukan Demokratis Suriah (SDF), dilansir kantor berita AFP, Sabtu (12/10).
Seorang penjaga penjara di Navkur mengatakan, fasilitas tahanan yang terletak di Kota Qamishli tersebut menampung beberapa militan asing ISIS yang berasal dari beberapa negara.
Sebagaimana diketahui, pasukan Turki dan para militan Suriah sudah melancarkan serangan militer secara massif ke sejumlah wilayah yang dikuasai Kurdi pada Rabu (9/10) lalu. Ini menjadi operasi militer pertama Turki di perbatasan dengan Suriah. Dalam operasi tersebut, Turki melancarkan artileri yang menghanta sejumlah fasilitas, termasuk beberapa penjara yang menampung ribuan anggota ISIS.
Apa yang dilakukan Turki itu membuat khawatir banyak pihak. Disebutkan bahwa ISIS bisa kabur dan membentuk kekuatan baru ketika Turki melancarkan serangan ke wilayah Kurdi di Suriah tersebut.
Dilaporkan, ada sekitar 12.000 militan ISIS yang ditahan di tujuh penjara yang dikuasai Kurdi. Sebagian besar mereka adalah warga Irak dan Suriah. Sementara sekitar 2.500 hingga 3.000 orang adalah militan asing ISIS yang berasal dari 54 negara.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, operasi tersebut dimaksudkan untuk membentuk zona aman untuk memulangkan pengungsi Suriah. Di samping itu, serangan tersebut juga dimaksudkan untuk mencegah teroris. Apa yang dilakukan Erdogan tersebut menuai banyak kritik, namun demikian dia menegaskan tidak akan mundur.
Anggota keluarga ISIS ciptakan kerusuhan
Anggota keluarga militan ISIS membuat kerusuhan di kamp al-Hawl, kamp dimana mereka ditempatkan. Insiden itu terjadi ketika pasukan keamanan Kurdi ditarik ke garis depan untuk membendung serangan Turki. Sementara pasukan keamanan internal Kurdi (Asayish) diserang oleh para penghuni kamp.
Kejadian bermula ketika para perempuan anggota keluarga ISIS yang menghuni kamp menolak menuruti perintah penjaga. Para penjaga kemudian diteriaki dan dilempari batu, namun kemudian situasi itu berhasil dikendalikan.
"Asayish kemudian memasuki kamp dan bisa mengendalikan situasi," kata seorang pejabat Kurdi, diberitakan AFP, Jumat (11/10).
Pewarta: Muchlishon
Editor: Kendi Setiawan