Jateng

Lesbumi Bangunkan Jiwa Kebangsaan Masyarakat Indonesia

Senin, 21 Oktober 2024 | 18:00 WIB

Lesbumi Bangunkan Jiwa Kebangsaan Masyarakat Indonesia

Ketua Lesbumi PBNU Kiai Jadul Maula dan Ketua Lesbumi PWNU Jawa Tengah Abdul Ghani. (Foto:Istimewa)

Semarang, NU Online Jateng 

Ketua Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PBNU KH Jadul Maula menyoroti semakin kompleksnya tantangan kehidupan kebangsaan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini. Dalam sambutannya pada acara "Lokakarya Manajemen Organisasi Seni-Budaya" yang diselenggarakan oleh Kemendikbudristek bekerja sama dengan Lesbumi PWNU Jawa Tengah pada Sabtu (18/10/2024).


“Dewasa ini berbagai tantangan kehidupan kebangsaan kita semakin abstrak, dan kemudian hal itu berdampak nyata berupa absurdnya aktualisasi nilai-nilai kebangsaan kita,” ujarnya.


Kiai Jadul juga menyatakan bahwa masyarakat saat ini lebih cenderung mengagungkan hal-hal yang bersifat verbal dan material, sedangkan aspek substansial dan spiritual sering diabaikan. 


"Kita cenderung lebih memuja sesuatu yang verbal, yang hanya berorientasi pada sesuatu yang bersifat material, dan menomorduakan yang substansial dan spiritual," ungkapnya.


Lesbumi sebagai bagian dari NU, menurut Kiai Jadul memiliki peran strategis dalam upaya mengembalikan spirit kebangsaan yang sejati. Ia mengutip pepatah "Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya" sebagai landasan pemikiran bahwa pembangunan nasionalisme harus dimulai dari pembentukan jiwa sebelum fisik.


“Lesbumi atau Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Indonesia yang merupakan bagian dari lembaga ormas NU memiliki peran strategis dalam upaya mengembalikan spirit dan cara pandang kehidupan berkebangsaan kita,” ungkapnya.


Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa gerakan kebudayaan yang diusung oleh Lesbumi didasari pada prinsip-prinsip teologis Nahdlatul Ulama, seperti tawasuth (moderat), tawazun (seimbang), dan tasamuh (toleran), serta amar ma’ruf nahi munkar. 


“Gerakan Kebudayaan yang dikampanyekan Lesbumi ini mencakup upaya-upaya kongkrit untuk mengembalikan spirit kebudayaan ini pada garis fitrahnya. Hidup berkebudayaan adalah jalan hidup yang menjadikan jiwa atau ruh sebagai titik pijak, yang kemudian pemihakannya pada dimensi kehidupan sosial kemasyarakatan,” ungkapnya.


Selengkapnya klik di sini.