Kesehatan

Tips Ahli Gizi bagi Pedagang Kaki Lima Agar Barang Dagangan Tetap Bersih dan Aman

Jumat, 13 Desember 2024 | 18:00 WIB

Tips Ahli Gizi bagi Pedagang Kaki Lima Agar Barang Dagangan Tetap Bersih dan Aman

Pedagang kaki lima di Manggarai, Tebet, Jakarta Selatan pada (13/8/2023). (Foto: NU Online/Suwitno)

Jakarta, NU Online

Banyaknya pedagang jajanan di pinggir jalan atau jajanan kaki lima memang memiliki aroma yang nikmat saat dimasak dan dinikmati ketika bersantap. Aroma sedap itulah yang membuat banyak orang tak segan untuk membelinya. Selain kelezatan yang dirasakan melalui aroma, jajan pinggir jalan juga banyak menarik konsumen karena harganya terbilang murah dan terjangkau dari pada restoran.


Tak hanya tentang kenikmatannya, jajanan pinggir jalan juga tak luput dari kesan kotor dan tidak sehat dilihat dari segi penyajian atau pun bahan yang berlebihan. Ketidaksehatan makanan dapat diukur dari cara pedagang menyimpan, mempersiapkan, memasak, dan menyajikan makanan yang dijual.


Ketika makanan yang dibeli tidak memenuhi standar kebersihan dan kesehatan pangan, makanan tersebut bisa mengandung bakteri dan dapat menimbulkan masalah kesehatan pada orang-orang yang memiliki rasa sensitif tinggi terhadap makanan tertentu.


Namun, tak selamanya hal tersebut terjadi. Untuk menghindarinya, ada beberapa tips yang bisa pedagang kaki lima terapkan ketika menjajakan makanan di pinggir jalan agar tetap sehat dan aman saat dikonsumsi. Hal ini sebagai mana dijelaskan oleh Fahmi Aris Tsani selalu Dosen Kesehatan Gizi Universitas Diponegoro Semarang kepada NU Online, Selasa (10/12/2024). 


1. Memilih bahan baku 

Yang pertama Fahmi menyarankan, Pedagang untuk memilih bahan baku pangan yang memang bersih dan segar, tidak layu atau lembek dan tidak terkontaminasi dalam artian tidak mengandung bahan berbahaya misal diberi pewarna yang tidak digunakan untuk makanan. 


Ia juga menyandarkan Minyak goreng harus dipastikan yang baik, tidak berulang kali digunakan. 


"Sering kali saya jumpai minyak tidak diganti baru tapi ditambahi dan dicampur dengan yang lama, satu praktek yang tidak baik," katanya.


2. Menjaga hygiene personal

Kemudian Fahmi juga menjelaskan pedagang perlu melakukan kebersihan diri atau hygiene personal dari tubuh sampai pakaian. Misalnya tangan harus dibersihkan dengan air bersih dan mengalir menggunakan sabun agar terhindar dari bakteri, jangan mencuci tangan pakai air kobokan ketika ingin menjamah makanan.


Selain itu juga tidak kalah penting menjaga kebersihan kuku atau rambut yang terkadang secara tidak sengaja bisa tercampur bahan makanan serta jangan lupa pedagang harus melengkapi pakaian dengan pelengkap sarung tangan atau celemek.


3. Sanitasi lingkungan

Tidak kalah penting menurut Fahmi, Pedagang harus bisa memilih lingkungan tempat ia jualan yang bersih, tidak dekat dengan polusi debu, kendaraan, sampah, lalat air menggenang.


"Saya sering menjumpai dekat selokan yang menggenang di atas ada orang jualannya," katanya. 


Ia juga menjelaskan untuk perkakas harus dicuci bersih, dan apabila makanan itu disajikan ditempat, segera mungkin piring di cuci tidak didiamkan atau direndam. 


"Kalau penyajian baik nanti dikonsumsi oleh konsumen bisa jadi makanan yang aman dan bergizi baik dan ini menjadi perhatian bersama dalam menjaga kebersihan makanan," jelasnya.


4. Menyajikan makanan 

Nah, ia juga mengatakan barangkali menjadi tips yang diperhatikan sudah memakai peralatan lengkap dan kondisi yang tertutup. Penyajian makanan harus bersih dan baik sehingga makanan saji tidak terkontaminasi bakteri.


Sementara itu, dalam jurnal Media Kesehatan Masyarakat Indonesia berjudul Penerapan Hygiene Sanitasi pada Pedagang Kaki Lima oleh Bella Rose Indira Hadi, Akas Yekti Pulih Asih, Achmad Syafiuudin dari Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya menemukan Pengolahan makanan tanpa memperhatikan kebersihan makanan dapat menimbulkan sumber penyakit pada makanan akibat kontaminasi. Sekitar 20 juta kasus keracunan pangan setiap tahun karena rendah keamanan pangan di Indonesia. 


Menurut BPOM tahun 2017 sebanyak 5.293 orang terpapar dan KLB sebanyak 2.041 orang sakit, 3 meninggal. Tahun 2018 KLB sebanyak 2.409 yang dirawat, 2.880 rawat jalan dan 121 orang meninggal. Kebanyakan peneliti membahas terkait hygiene sanitasi restoran dan kantin masih sedikit yang membahas terkait hygiene sanitasi pedagang kaki lima


Pemilihan lokasi berjualan PKL memiliki syarat yang sudah diatur dalam Kemenkes RI Nomor 942 Tahun 2003 Tentang Pedoman Persyaratan Hygiene Sanitasi Makanan Jajanan menjelaskan dalam meningkatkan mutu kebersihan makanan dari lokasi harus jauh dari sumber pencemaran seperti pembuangan sampah, limbah, jalan raya yang padat dan rumah potong hewan. Lokasi PKL telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota di setiap Provinsi Indonesia. 


PKL dapat menerapkan peraturan yang telah dibuat di daerah masing-masing supaya dapat mempraktikkan dan menjaga kebersihan saat berjualan serta menjaga kebersihan lingkungan sehingga makanan yang dijajakan tidak mengalami kontaminasi. 


Parameter hygiene sanitasi makanan pada PKL di Indonesia tentang personal hygiene, fasilitas sanitasi, bahan baku makanan, tempat penyimpanan, penyajian makanan, tingkat pengetahuan PKL, peralatan, jumlah kuman, dan sanitasi tempat jualan. 


Namun terdapat parameter yang belum diteliti seperti pemeriksaan kesehatan dan proses pengolahan makanan. Peraturan terkait hygiene sanitasi makanan pada PKL sebagai pedoman dalam meningkatkan hygiene sanitasi makanan. 


Langkah-langkah dalam mengawasi hygiene dan sanitasi makanan mulai dari produksi, penyimpanan, penjualan sehingga pembeli mendapatkan makanan yang berkualitas dan tidak terkontaminasi terdapat peraturan yang mengatur hygiene dan sanitasi makanan.