Nasional

Acep Pudoli, Guru Madrasah Kreatif dan Produktif Menulis Buku

Selasa, 22 November 2022 | 11:15 WIB

Acep Pudoli, Guru Madrasah Kreatif dan Produktif Menulis Buku

Acep Pudoli, guru di MTsN 1 Kabupaten Bogor, Jawa Barat. (Foto: dok. pribadi)

Depok, NU Online

Menulis merupakan aktivitas yang rutin dilakukan oleh masyarakat era digital, mulai dari saling kirim kabar atau pesan hingga ungkapan-ungkapan perasaan yang diekspresikan melalui media sosial.


Untuk menulis di luar media sosial lain cerita, karena butuh keseriusan dalam melakukannya, di antara orang yang serius dan senang menulis itu adalah Acep Pudoli, seorang guru madrasah di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.


Bagi Acep, menulis adalah hal yang menyenangkan karena dengan menulis bisa mengikat ilmu, gagasan atau pemikiran. Hal ini sebagaimana pepatah ulama yang menyatakan bahwa ilmu itu ibarat hewan buruan dan tulisan adalah tali pengikatnya.


"Kalau sewaktu-waktu kita lupa kan kita bisa mengingatnya kembali dengan cara membuka apa yang pernah kita tulis," kata Acep kepada NU Online, Senin (21/11/2022).


Pria kelahiran tahun 1978 itu mengakui, profesi guru yang saat ini ia geluti membuatnya terdorong untuk terus belajar dan membaca agar tidak ketinggalan. Setelah membaca dan mengetahui hal baru, tentu punya potensi untuk lupa karena manusia adalah tempatnya lupa. Bahkan ada anekdot, semakin banyak tahu semakin banyak lupa.


"Maka agar potensi lupa ini bisa diminimalisir, ya kita menulis," imbuh pria yang berdomisili di Cikumpa, Sukmajaya, Kota Depok itu.


Ia mengaku senang dengan menulis sejak menjadi mahasiswa di IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, hanya saja saat itu tulisan-tulisannya tidak ia publikasikan karena memang untuk ungkapan ekspresif dan menyalurkan hobi.


Ketua Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) Kota Depok itu menambahkan, menjadi guru harus up to date terhadap berbagai pengetahuan dan informasi agar materi yang disampaikan kepada siswa bisa lebih relevan dengan kondisi dan situasi terkini.


"Pengetahuan atau informasi ini saya kira perlu disebarluaskan, misalnya melalui mengajar atau dengan tulisan dan kelak ini akan menjadi amal jariyah," ujar alumni IAIN Jakarta itu.


Selain itu, ia juga bercerita bahwa keinginannya untuk menulis terdorong oleh lingkungan. Beberapa rekanannya sesama guru yang sudah lebih dulu menulis membuatnya termotivasi untuk terus meningkatkan kapasitas tulisan.


"Terlebih lagi lingkungan sekolah yang mendukung akan budaya menulis," jelas guru Bahasa Inggris di MTsN 1 Kabupaten Bogor sejak tahun 2005.


Ikut kelas menulis

Pada awal pandemi, PGRI mengadakan kegiatan kelas menulis untuk guru Indonesia yang digelar secara daring. Tanpa berpikir panjang, Acep langsung mendaftar kegiatan tersebut. Selain senang dengan menulis, tujuan Acep ikut kegiatan itu tiada lain adalah untuk meningkatkan kapasitas dan kulitas tulisannya.


"Seiring berjalannya waktu, biasa ada seleksi alam, saya termasuk salah satu peserta yang ikut sampai selesai," imbuh alumni Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI itu.


Materi yang disampaikan pada kelas menulis tersebut membuat Acep semakin bersemangat untuk terus menulis. Saat ini, tulisan-tulisan yang ia buat masih bersifat intern karena untuk dipublikasikan perlu diuji dulu kualitasnya, setelah dianggap sesuai ia pun berani mempublikasikannya sebagiamana 5 tulisan Acep yang sudah menjadi buku.


"Tulisan yang rencananya akan dipublikasikan adalah terjemahan salah satu karya ulama nusantara. Kebetulan sudah rampung, tinggal menunggu perizinannya," ungkap alumni Pesantren Darussalam, Parung, Bogor itu.

 

Setidaknya ada 5 tulisan Acep yang sudah dibukukan. Buku tersebut adalah kumpulan tulisan nonfiksi karya Acep bersama rekan-rekannya yang bergelut di dunia pendidikan. "Buku-buku itu kumpulan tulisan dari guru-guru, kepala sekolah dan juga pengawas," terangnya.


Adapun tulisan Acep yang tersebar di 5 buku sebagai berikut.

  1. Tradisi Paros dan Ambengan di kampungku yang hampir punah ketika memperingati Perayaan Maulid, dimuat di buku Antologi: Memoar Peringatan Maulid Nabi (2021).
  2. Ayahku Guruku, dimuat dalam buku Ada Rindu Untuk Ayah, Antologi Sosok Kharisma Pengukir Sukma (Januari, 2022).
  3. Garis Keturunan dari Guru, dimuat dalam buku Jejak Guru Hebat Milenial, Antologi Langkah Mencerdaskan Anak Bangsa (Februari, 2022).
  4. Tantangan Pendidik di Masa Pandemi, dimuat dalam buku Mengawal Pendidikan di Tengah Pandemi, Antologi Pengalaman Mengajar PJJ Guru Pegiat Literasi Nusantara (Mei, 2022).
  5. Pengalaman Berharga Belajar di Pondok, dimuat dalam buku Dunia Pondok Pesantren, Kumpulan Kisah Inspiratif dalam Pendidikan Islam (Oktober, 2022).


Acep mengaku ada kepuasan batin ketika tulisannya berhasil dipublikasikan karena ide atau gagasannya bisa dibaca oleh orang lain. Selain itu, bisa menjadi motivasi untuk belajar dan mengembangkan diri dalam menulis. 


Guru kreatif

Acep termasuk guru madrasah yang kreatif, hal ini diakui oleh Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang mengapresiasinya dan meraih juara kedua pada lomba guru kreatif jenjang madrasah tsanawiyah pada tahun 2016 silam.


Dalam lomba tersebut Acep menampilkan kreativitasnya dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, mulai dari menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan media pembelajaran hingga praktik mengajar.


“Waktu itu saya seperti biasa aja kalau mengajar di madrasah, menyiapkan RPP, lagu, realia, alat peraga belajar, infokus kemudian langsung praktik mengajar atau peer teaching,” paparnya.


Diakuinya, praktik ini masih ia terapkan saat mengajar di MTsN 1 Kabupaten Bogor. “Tentu disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan kepada anak-anak,” katanya.


Ia juga memberikan pesan khusus kepada sesama rekan guru untuk tidak berhenti belajar dan mengekspresikan gagasan, pemikiran atau pengalaman menjadi sebuah tulisan karena dengan menulis bisa menunjukan adanya peningkatan literasi dan bisa memperkaya khazanah pendidikan.


“Apa yang ada dalam pikiran, entah itu ide atau pengalaman sebaiknya segera ditulis saja dulu untuk peningkatan literasi kita,” pungkasnya.


Penulis: Aiz Luthfi

Editor: Fathoni Ahmad

 

====================
Artikel ini diterbitkan dalam rangka Peringatan Hari Guru 25 November bertema "Berinovasi Mendidik Generasi" oleh Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah, Ditjen Pendidikan Islam Kementerian Agama RI.