Subang, NU Online
Pengurus Cabang Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) Kabupaten Subang, Jawa Barat menggelar halaqah dan bedah buku Daulah Islamiyah di Pesantren Pagelaran 3 Desa Gardusayang Kec Cisalak, Subang, Sabtu (23/11).
Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Harakatuna Jakarta ini dibedah langsung oleh penulisnya, Gus Muhammad Najih Arromadloni. Bedah buku ini dipanelkan dengan dihadirkannya pemateri dari mantan Ketua Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Bangka Belitung, Ayik Heriansyah.
"Dengan dihadirkannya Kang Ayik sebagai Mantan Ketua HTI Bangka Belitung diharapkan melalui bedah buku ini bisa membuka pemahaman dan wawasan tentang apa khilafah dan HTI sehingga keberadaannya di negara ini," ujar Ketua Lakpesdam NU Subang, Asep Alamsyah Heridinata.
Selain itu, lanjut Asep, dalam buku tersebut juga dijelaskan bagaimana konsep khilafah yang tepat dalam kondisi hari ini yang dijabarkan oleh penulis buku tersebut.
"Dalam buku tersebut, Gus Najih (Penulis, red) menjabarkan bagaimana seharusnya kita bisa menjalankan konsep khilafah yang tepat di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara," lanjutnya.
Asep berharap, dengan terselenggaranya bedah buku ini memberikan pencerahan yang lengkap kepada para peserta halaqah, terutama para santri di Kabupaten Subang sehingga tidak tergiur dengan HTI yang berkedok agama tersebut.
"Mudah-mudaha para santri, khususnya di wilayah Subang Selatan ini menjadi tercerahkan wawasannya mengenai konsep khilafah yang digaungkan oleh kelompok HTI sehingga wawasan kebangsaan tetap terjaga," pungkasnya.
Halaqah yang bertema Khilafah, Tinjauan Al-Qur'an dan Sunnah itu diikuti oleh sedikitnya 500 peserta terdiri dari kaum santri. Hadir juga para Pengurus PCNU Kabupaten Subang beserta seluruh badan otonomnya. Semuanya mendapatkan bukunya secara gratis.
Dijelaskan, organisasi Daulah Islamiyah yang populer dengan nama Islamic State Of Iraq and Syria (ISIS) mengklaim legitimasi Al Qur'an dan Hadits yang pemahamannya banyak berseberngan dengan mayoritas islam.
"Sejak awal sejarah didirikannya, ISIS mengklaim paling benar ihwal pemahaman Agama Islam," ujar Muhammad Najih.
Pria yang akrab disapa Gus Najih tersebut menilai jika pemahaman yang berbeda dari mayoritas pemeluk Agama Islam itu berdampak pada perilaku yang salah. "Sehingga siapapun yang menentangnya maka akan dianggap sebagai musuh. Sekalipun dari kalangan Muslim, jika berbeda pendapatnya akan dibunuh," ujarnya.
Lebih lanjut dirinya menjelaskan jika kajian penafsiran dan pemahaman teks Agama (Al Qur'an dan hadits) yang dilakukan ISIS merupakan upaya politisasi fakta.
"Bahwa Alqur'an dan hadits itu merupakan perangkat teologis yang menjadi rujukan umat Islam sedunia. Tentunya hal itu mempunyai nilai politis sekaligus tarikan magnetik bagi pihak-pihak yang berkepentingan," jelas Gus Najih.
Akibatnya, lanjut Gus Najih, politisasi Al Qur'an dan hadits dalam dimensi sosial menjadi resiko yang tak terhindarkan. "Kita lihat rentetan sejarah dari konflik Suriah misalnya. Negara itu kini hancur lebur karena keterlibatan ISIS beserta afiliasinya yang mengusung konsep khilafah," tuturnya.
Untuk itu, dirinya berpesan kepada segenap generasi muda khususnya agar berhati-hati dalam memilih sebuah organisasi. "Bahwa memilih jam'iyah bukan sekedar berjama'ah namun harus sejalan antara harakah, fikrah, dan amaliyah. Dari semua itu Nahdlatul Ulama (NU) lah solusinya," pungkasnya.
Kontributor: Ade Mahmudin
Editor: Abdul Muiz