Lumajang, NU Online
Banyak orang yang tidak tahu makna tersirat mengapa manusia memiliki dua mata sekaligus. Selain berfungsi sebagai indra penglihatan, dua mata ternyata juga memiliki fungsi lain yakni mengajarkan manusia untuk selalu bersikap tawadlu dan introspeksi diri.
Caranya adalah dengan menggunakan satu mata untuk melihat kebaikan orang lain dan satu mata untuk melihat kejelekan masing-masing pemilik mata. Justru saat ini banyak yang menggunakannya dengan cara terbalik. Mereka menggunakan satu mata untuk melihat kebaikan dirinya sendiri dan memakai mata satunya untuk melihat kejelekan orang lain. Akhirnya seringkali menimbulkan sifat mudah menyalahkan dan menjelek-jelekkan orang lain.
"Jangan dibalik, satu mata melihat kejelekan orang lain dan satu mata untuk melihat kebaikan kita. Itu salah," kata H Miftah Maulana Habiburrahman atau lebih dikenal dengan Gus Miftah saat mengisi pengajian umum di Alun-alun Lumajang, Jawa Timur, Senin (9/12) malam.
Dai milenial NU itu menegaskan bahwa Islam selalu mengajarkan umatnya untuk selalu menjunjung tinggi sikap tawadlu, sikap sangat mulia yang mencerminkan kualitas seseorang. Biasanya, yang selalu bersikap demikian ini adalah mereka yang sudah memiliki ilmu sangat luas. Semakin kaya ilmunya, semakin tinggi tawadlunya.
"Maka saya sering mengatakan Islam mengajarkan sifat tawadlu. Sifatnya seperti apa? Ya seperti padi," imbuh Gus Miftah.
Sebagaimana padi, lanjut dia, semakin berisi maka otomatis semakin menunduk, bukan sebaliknya. Manusia perlu menyontohnya dalam mengamalkan sikap tawadlu. "Beda dengan kapas, kapas karena enteng, mau dicelupkan ke air dan apapun itu tetap ngapung," tuturnya.
Gus Miftah pun menilai para kiai dan ulama NU telah menggunakan fungsi mata dengan tepat. Misalnya kiai-kiai NU, meski seringkali diremehkan bahkan dicaci, namun hal itu tidak membuat minder.
"Kenapa orang suka meremehkan? Karena kadang-kadang orang tidak suka dengan kita, tapi bagi kita yang diremehkan santai saja," ucapnya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Muhammad Faizin