Nasional

Cerita Relawan 'Pemadam Kelaparan'

Senin, 8 Oktober 2018 | 14:55 WIB

Jakarta, NU Online
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk membantu meringankan beban warga korban bencana gempa bumi di Palu, Sigi dan Donggala. Salah satunya yang dilakukan oleh sejumlah aktivis kemanusiaan dari Poso, Sulawesi Tengah yang fokus untuk menyediakan makanan baik bagi korban dan relawan yang bertugas di lokasi bencana melalui Gerakan Dapur Umum.

"Kami sedang membangun gerakan bersama: Gerakan dapur umum untuk penyintas gempa dan tsunami di Palu, Donggala dan Sigi," kata Lian Gogali melalui akun twitternya @LianGogali, Senin (8/10). 

Sejak beberapa hari terjun ke lokasi, gerakan ini telah berhasil mendirikan 12 dapur umum yang disebar di sejumlah lokasi; delapan di Pantai Barat, dua di Donggala dan masing-masing satu buah di Sigi dan Palu. 

"Dapur umum ini masih sangat kurang untuk (memfasilitasi) ribuan warga penyintas, padahal kami ingin pastikan tidak ada berita kelaparan saat evakuasi dan pemulihan sedang berlangsung," katanya.

Koordinator lembaga Mosintuwu ini berharap setaiap dapur umum dapat menjangkau ribuan orang. Seperti dapur yang dibangun di Desa Saluoww, Sigi, yang mampu melayani 2 ribu orang setiap harinya. Di Palu , dapur umum di Palu telah membagikan seribu nasi bungkus. Sementara di Donggala sudah membagikan 1.560 nasi sepanjang hari Senin (8/10).

Dana yang berhasil dikumpulkan dari berbagai pihak digunakan sepenuhnya untuk membei kebutuhan dapur umum seperti alat masak dan bahan-bahan makanan. 

Ia mengatakan, terdapat beberapa jenis makanan yang disediakan antara lain abon ikan, Ikan Roa dan lauk ayam. "Untuk supply protein ke warga penyintas di Donggala, Pantai Barat, Sigi dan Palu," kata aktivis dari Tentena Palu ini.

Selain menyediakan dapur umum, sejumlah aktivis di Palu juga membawakan makanan pokok ke lokasi yang masih terisolir akibat akses yang terputus.  Dalam sebuah video yang diunggahnya, tampak puluhan Warga desan Pipikoro membawa karung berisi beras di punggungnya menuju desa Kantewu yang berjarak empat jam perjalanan dengan jalan kaki. 

Dalam video amatir tersebut terlihat warga yang membawa karung berisi beras di punggungnya melintasi jalan yang retak dan masih dipenuhi sisa pohon yang tumbang dan lumpur bekas longsor. "Walaupun medannya tidak memungkinkan tapi kami memaksa untuk mengantarkan beras," kata Tahir, aktivis @KarsaInstitute.

Sementara itu, dikutip dari Antara korban meninggal dunia di Sulawesi Tengah mencapai 1.944 jiwa. Sebanyak 62.359 orang mengungsi meninggalkan kampung halaman untuk mengamankan diri. Bencana ini juga menyebabkan 66.926 rumah serta 2.736 sekolah rusak. (Ahmad Rozali)