Jakarta, NU Online
Islam Nusantara yang merupakan perwujudan Islam moderat, ramah, dan mampu hidup berdampingan dengan kelompok mana pun menjadi pijakan bagi ulama Afghanistan. Mereka yang berhasil mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama Afghanistan (NUA) berupaya mengadaptasi pemikiran dan gerakan NU di Indonesia yang merupakan inspirasi awal pendirian NUA.
NU di Indonesia terus mendampingi dalam mewujudkan perdamaian rakyat Afghanistan, baik dalam bentuk diplomasi dan dialog.
Selain mengembangkan dua langkah tersebut, Nadhlatul Ulama juga memberikan beasiswa kepada anak-anak muda Afghanistan.
Ketua PBNU H Robikin Emhas mengatakan bahwa jumlah beasiswa yang diberikan belum banyak, tetapi cukup signifikan untuk mengembangkan moderasi Islam dan memupuk sikap toleran sejak dini, terutama bagi generasi muda Afghanistan.
Tahun 2019 ini, sambung Robikin, PBNU memberikan beasiswa untuk 40 mahasiswa dan 10 pelajar.
“Yang mahasiswa kini antara lain belajar di Universitas Wahid Hasyim di Semarang dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Juga ada di Bandung dan Malang. Yang pelajarnya di Pesantren Amanatul Umat di Mojokerto,” jelasnya.
Konflik berkepanjangan di Afghanistan tidak saja menelan korban jiwa dan luka-luka serta hancurnya infrastruktur, tetapi juga runtuhnya kepercayaan pada sesama, saudara sebangsanya sendiri.
Berbagai upaya dilakukan untuk mempertemukan kelompok-kelompok yang bertikai tersebut, termasuk yang diupayakan Nadhlatul Ulama sebagai salah satu organisasi massa terbesar di Indonesia.
Lewat konsep Islam Nusantara, yang merupakan perwujudan praktik Islam moderat, toleran dan tidak menggunakan kekerasan.
Pada tahun 2016 lalu, tercatat NU Afganistan sudah mempunyai kepengurusan di 22 provinsi yang melibatkan lebih dari 6000 ulama berkebangsaan asli Afganistan dari berbagai kelompok dan faksi. Kini NUA sedang mengupayakan pengembangan NU di 34 provinsi di Afghanistan.
NU Afganistan terpisah sama sekali secara struktural dari PBNU, tak seperti Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) yang tersebar di mancanegara. Para ulama moderat Afganistan "mencangkok" NU dari Indonesia untuk mempercepat proses perdamaian di sana.
Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Asia Pasifik & Afrika di Kementerian Luar Negeri Indonesia Arifi Saiman kepada VOA Indonesia mengatakan, Afghanistan merupakan lesson learned atau contoh model bagaimana Nadhatul Ulama menjadi perekat di antara kelompok dan suku di sana.
“Pengalaman selama ini, kumpul di satu forum yang sama sangat sulit. Tetapi lewat kepengurusan NU Afghanistan mereka bisa akur. Ini membuktikan bahwa konflik bisa diredam jika alat peredamnya pas dengan situasi,” ungkap Saiman, Selasa (18/6).
Ia menambahkan, ada prinsip-prinsip NU yang disetujui dan jadi dasar dalam NUA itu, seperti bersikap moderat, menentang radikalisme, mengedepankan rekonsiliasi dan toleransi.
“Ini menjadi pintu masuk utama. Mungkin dianggap sepele, tapi dampaknya signifikan,” jelasnya. (Fathoni)