Gus Baha dalam Majelis Tahlil Haul ke-52 KH Mashoem Achmad di Komplek Masjid Jami Lasem, Rembang, Jawa Tengah, Kamis (21/9/2023). (Foto: YouTube Lasem TV Official)
Ahmad Naufa
Kontributor
Rembang, NU Online
Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur'an (LP3IA) Rembang, Jawa Tengah, KH Bahauddin Nur Salim atau yang akrab disapa Gus Baha menejelaskan dan mengisahkan kesaktian kalimat tauhid: Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah.
Awalnya, kiai yang kerap tampil dengan peci hitam, baju putih dan sarung ini mengutip pernyataan Imam Sya’rani dalam Kitab Minanul Kubra, bahwa al-ma’arifu laa tuslabu, ma’rifatullah itu sesuatu yang tak bisa diberedel.
“Sebab itu, orang-orang alim itu, orang yang tak pernah diskusi tentang su’ul khatimah. Karena kalimah thayyibah itu tidak bisa diberedel,” terangnya dalam Majelis Tahlil Haul ke-52 KH Ma’shoem Achmad di Komplek Masjid Jami’ Lasem, Rembang, Jawa Tengah, disiarkan dalam YouTube Lasem TV Official, Kamis (21/9/2023) sore.
Sebab itu, Gus Baha mencontohkan, misalnya kita banyak salah, kemudian di dokumen kita tertulis kita banyak salah, asal di dokumen kita ada tulisan Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah, itu kira-kira malaikat ditanya oleh Tuhan: “kamu berani mengabaikan kalimat itu?”
“Tidak berani, Tuhan.”
“Ya sudah, kalau kamu tak berani mengabaikan, itu saja yang dipertimbangkan, jangan yang lain.”
Kesaktian Kalimat Tauhid
Sebab itulah, lanjutnya, umat Nabi Muhammad ini mendapat rukhshah (keringanan). “Ya tidak usah dipraktikkan, hanya cerita dapat rukhshah, man qaala 'Laa ilaaha illallah dahalal jannah'. Sampai ada pertanyaan terusannya, itu ribet, tak usah diteruskan,” ungkapnya.
Tetapi, apa pun itu, menurut Gus Baha masuk akal. Kemudian ia mengutip keterangan dalam kitab Abwabul Faraj karya Sayyid Sayyid Muhammad, dalam Bab al-Bithaqah. “Dan itu saya cek di Musnad Ahmad. Jadi ada beberapa riwayat yang diceritakan Sayyid Muhammad,” katanya.
Kiai kelahiran 19 September 1970 lalu bercerita, ada orang yang punya kesalahan 99 boks. Setiap satu boks kesalahannya sepanjang mata melihat, saking banyaknya. Tuhan berkata: “Kamu tahu salahmu?”
“Iya, (tahu), Tuhan.”
Menurut Gus Baha, Tuhan itu sangat demokratis, pertanyaannya. “Jangan-jangan malaikatku sentimen, jangan-jangan kalau salah ditulis, kalau benar tidak ditulis.”
“Tidak, Tuhan, memang aku saya salah beneran,” jawab orang itu.
Walhasil, orang itu putus asa, lalu kata Tuhan, menurut Gus Baha, unik: “Sudah, kamu tenang saja.”
Lalu Tuhan mengambil satu ‘kotak jam tangan’ kecil. “Tidak apa-apa. Kamu tidak akan kalah.”
Terus orang itu mencari tahu tentang kotak kecil. Setelah dibuka, ternyata isinya Laa ilaaha illallah Muhammadur Rasulullah.
“Itu di kitab-kitab: Fathaasat as-sijillat. Semua dokumen kesalahan itu, dibanding kaffatul mizan yang ada Laa ilaaha illallah, itu amblas, menang Laa ilaaha ilallah,” kata Gus Baha.
Kata rawi-rawi itu, lanjutnya, tentulah lafadz Allah ini tidak akan diperbandingkan, tidak akan dikalahkan oleh apa pun, karena malaikat kira-kira dikatain, “Kamu berani mengabaiikan Laa ilaaha illallah?”
Itulah, lanjut Gus Baha, yang kemudian menjadi adat dalam tradisi NU dan pesantren, yaitu tahlilan.
“Soal bikin marah karena kelamaan. Padahal jika sebentar senang. Makanya saya itu agak keberatan kalau ada tahlil lama, karena satu saja masuk surga kok lamanya tak karuan,” seloroh Gus Baha, yang membuat hadirin tertawa.
“Tak tahu kalau dibalik: satu saja manjur, apalagi banyak. Tapi kalau jenis seperti saya, satu saja sudah cukup, kok banyak, ngapain. Tapi yang jelas itu bagus-bagus saja,” terangnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua