Jakarta, NU Online
Penceramah Nahdlatul Ulama (NU), KH Ahmad Muwafiq atau Gus Muwafiq mengatakan bahwa masyarakat Indonesia sejak dahulu sudah terbiasa bersatu dan hidup dalam berbagai perbedaan.
Ia mencontohkan Kerajaan Majapahit yang bisa memiliki kekuasaan cukup luas hingga negeri Jiran. Dalam kekuasaan yang luas itu, ada banyak suku bangsa dan budaya yang diakomodasi. Bukan hanya suku Jawa sebagai pusat kerajaan.
Pernyataan ini disampaikannya pada acara Tausiyah Kebangsaan Hari Lahir Pancasila dengan tema "Meneguhkan Pancasila dalam Kebhinekaan Indonesia" yang diselenggarakan TV NU.
"Bangsa kita, sejak dulu sudah terbiasa bersatu dalam perbedaan, seperti zaman kejayaan Singosari dengan pusat di Malang. Lalu disatukan lagi pada era Kerajaan Majapahit dengan pusat kerajaan di Mojokerto dan Jombang. Pada era ini ada slogan yang terkenal yaitu Bhinneka Tunggal Ika," katanya, Selasa (1/6).
Menurut Gus Muwafiq, Indonesia adalah negara yang unik karena masyarakatnya sangat majemuk. Umumnya, orang di dunia mengartikan negara itu terdiri dari suku bangsa yang sama, tapi Indonesia berbeda. Di Indonesia ada puluhan suku, agama, adat yang mendirikan negara.
Dalam pandangannya, sebelum ada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Indonesia sudah terdiri dari banyak kerajaan dan negara kecil. Awalnya di Indonesia ada negara Jawa, negara Sulawesi, negara Kalimantan.
"Indonesia berbeda dengan lain, kalau negara lain satu bangsa dan suku. Bahkan ada puluhan yang bersepakat. Ini unik, karena keluar dari umumnya pembentukan sebuah negara. Keluar dari mainstream. Ini melalui proses yang cukup panjang. Dimulai dari proses pergerakan nasional," imbuh tokoh asli Lamongan ini.
Gus Muwafiq menambahkan, melihat kultur masyarakat Indonesia yang guyup rukun sejak dulu tak mengherankan bila kemudian lahir ideologi bangsa berupa Pancasila yang menyatukan anak bangsa Indonesia. Pancasila sebagai titik temu menjadi payung bagi masyarakat majemuk.
"Maka Pancasila tidak dipersoalkan oleh kaum Muslimin. Karena ia konsep hidup bersama. Semua merasa terwakilkan," ungkapnya.
Hematnya, Gus Muwafiq meminta generasi milenial saat ini bersyukur mewarisi budaya leluhur yang luar biasa ini. Sebuah nilai yang sudah ada dalam kehidupan sehari-hari sebelum merdeka. Semisal kalau ada kegiatan selalu bersatu, bertuhan, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Kesadaran tertinggi masyarakatnya adalah kesadaran teologi. Ini ada di sila pertama Pancasila, Ketuhanan yang Maha Esa. Lalu ada sikap kemanusiaan yang diwakili kemanusiaan yang adil dan beradab.
Prinsip yang luar biasa, kemudian ada persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Terakhir ditutup dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Bahasa musyawarah dan rakyat ini adalah bahasa yang digunakan oleh Rasulullah.
"Turun temurun dan jadi batin masyarakat Indonesia. Maka ini membuat negara dunia heran, kenapa di Arab satu bangsa terpecah belah tapi di Indonesia malah terdiri dari beberapa suku bangsa jadi sebuah negara," tandasnya
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Syamsul Arifin