Pekalongan, NU Online
Thariqah adalah tuntunan dari semenjak Baginda Nabi Muhammad SAW yang mempunyai mata rantai, untaian, di mana antara thariqah satu sama yang lain sangat erat sekali hubungannya dan tidak bisa dipisahkan walaupun berbeda nama.
Hal tersebut dikatakan Rais ‘Aam Jam'iyyah Ahlith Thariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMAN) saat memberikan khutbah iftitah pada pembukaan Muktamar XII JATMAN dan Halaqoh II Ulama Thoriqoh Luar Negeri di Kajen, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Senin (15/1).
“Seperti Qaddiriyah, Naqsabandiy, Syattorriyah, Tijaniyyah, Idrissiyah. Bahkan, thariqah sudah mulai berkembang semenjak sebelum kedatangan dan sampai kedatangan wali songo,” ungkap Habib Luthfi.
Kehadiran thariqah di Nusantara, dicontohkan oleh Habib Luthfi diantaranya Al-Imam Muhammad Al-Maghrobi yang mempunyai murid Sayyidi Ibrahim Sunan Bonang, dan menurunkan seorang murid yang sangat luar biasa.
“Seorang seniman yang mampu mengejawantahkan budaya, yang dikenal sebagai Kanjeng Sunan Kalijaga, yang tidak asing lagi bagi bangsa Indonesia,” kata dia.
Lebih lanjut dijelaskan ulama asal Pekalongan itu, thariqah terus berjalan tahun demi tahun, dan semakin berkembang.
“Pada suatu tahun, yang menentukan mana thariqah yang sebenarnya mengikuti jejak aswaja yang ditanamkan Nabi SAW, maka terbentuklah JATMAN, dengan sanad-sanad yang sangat kuat,” tuturnya.
Dalam kesempatan tersebut, Habib Luthfi juga mengajak kepada seluruh anggota jami’yyah untuk senantiasa menjaga diri kelalaian, sebab Thariqah selalu mengajarkan untuk berusaha menghilangkan kelalian seorang hamba. (Ajie Najmuddin/Fathoni)