Ini Sejarah Gedung Negara Grahadi, Tempat Silaturahim PBNU dan PWNU se-Indonesia
Rabu, 16 Februari 2022 | 21:30 WIB
Saat ini, gedung yang berlokasi di Jalan Gubernur Suryo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya itu menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Timur.
Muhammad Syakir NF
Penulis
Surabaya, NU Online
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) beserta Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Se-Indonesia melaksanakan silaturahim dengan Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Rabu (16/2/2022) malam.
Hal tersebut digelar dalam rangka penyambutan Gubernur Jatim terhadap PBNU dan PWNU yang menghadiri acara peringatan Harlah Ke-99 NU di Jawa Timur.
Saat ini, gedung yang berlokasi di Jalan Gubernur Suryo, Embong Kaliasin, Kec. Genteng, Kota Surabaya itu menjadi Rumah Dinas Gubernur Jawa Timur. Pada mulanya, sebagaimana disebutkan dalam situsweb Cagar Budaya Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), gedung ini dibangun tahun 1795 sebagai tempat tinggal Dirk van Hogendoorp, seorang penguasa Jawa bagian timur (Gezahebber van Hat Oost Hoek).
Berikutnya, pada tahun 1799-1809 gedung ditempati Fredrik Jacob Rothenbuhler. Pada tahun 1810, masa pemerintahan Herman William Deandels, bangunan ini direnovasi menjadi empire style atau Dutch Collonial Villa. Gaya ini merupakan arsitektur neo klasik Perancis yang dituangkan secara bebas di Indonesia sehingga menghasilkan gaya Hindia Belanda bercitra kolonial.
Tahun 1870, gedung ini digunakan untuk rumah Residen Surabaya. Sementara pada masa pemerintahan Jepang, gedung tersebut digunakan untuk rumah Gubernur Jepang (Syuuchockan Kakka). Sekarang digunakan sebagai rumah dinas Gubernur Jawa Timur.
Gedung ini, sebagaimana ditulis dalam situsweb yang sama, dibangun dengan konsep awal berupa rumah indah yang dikelilingi taman bunga (tuinhuis) dengan gaya Holland Kuno (Oud Hollandstijl).
Gedung ini terdiri dari dua lantai. Bentuk bangunan sederhana dengan jendela-jendela kaca bening besar dan tinggi untuk ventilasi udara, tidak ada hiasan-hiasan yang rumit.
Tiang doric terletak di serambi yang dimodifikasi dengan bentuk kelopak teratai ganda di dasar dan di ujung atas tiang, mengindikasikan adanya upaya penggabungan arsitektur asing dan tradisional, dalam hal ini pengaruh Hindu-Budha. Dahulu, di atas serambi dikelilingi pagar sehingga tampak seperti mahkota, kini diganti dengan relief.
Pertemuan ini akan diisi dengan kegiatan santunan anak yatim, laporan dari Ketua Panitia yang disampaikan H Saifullah Yusuf, penayangan video tiga tahun kepemimpinan Gubernur Khofifah dan Wakil Gubernur Emil Dardak.Â
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan sambutan selamat datang oleh Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa. Berikutnya, sambutan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.
Sebelum ditutup dengan doa, peserta akan dihibur dengan penampilan komedi tunggal Lies Hartono atau yang lebih masyhur dikenal dengan sebutan Cak Lontong.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Alhafiz Kurniawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
2
Peran Generasi Muda NU Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045 di Tengah Konflik Global
3
Cerita Rayhan, Anak 6 Tahun Juara 1 MHN Aqidatul Awam OSN Zona Jateng-DIY
4
Daftar Barang dan Jasa yang Kena dan Tidak Kena PPN 12%
5
Luhut Binsar Pandjaitan: NU Harus Memimpin Upaya Perdamaian Timur Tengah
6
OSN Jelang Peringatan 100 Tahun Al-Falah Ploso Digelar untuk Ingatkan Fondasi Pesantren dengan Tradisi Ngaji
Terkini
Lihat Semua