Nasional

Islam Itu Damai, dan Muslim Bukan Teroris

Senin, 1 Februari 2016 | 17:30 WIB

Tangsel, NU Online
Agama Islam itu damai dan bukan teroris, Islam di Indonesia juga mengalami perkembangan yang cukup luar biasa, bukan hanya kuantitas namun juga kualitas. 

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Farouk Muhammad pada perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di pesantren Al Husainy Serpong-Tangerang Selatan, Ahad (31/1)

Farouk menyampaikan perkembangan Islam yang semakin baik di Indonesia, "Hal ini bisa tergambar dari banyaknya kegiatan-kegiatan keislaman yang diselenggarakan di berbagai daerah, baik dalam bentuk pengajian maupun tausiyah" ujarnya.

Menurut Farouk di negara non-Muslim pun berdasarkan data terbaru, menunjukan pertumbuhan pemeluk Islam semakin meningkat dari tahun ke tahun.

"Islam merupakan agama yang paling cepat perkembangannya di Eropa dan Amerika. Islam kini makin mendapat tempat di hati masyarakat Eropa dan Amerika. Bahkan menurut Pew Research Center, di Eropa Muslim akan mencapai 10 persen dari total populasi, yaitu 700 juta. Jika trend konversi terus berlanjut, Islam akan menjadi agama paling populer di dunia setelah tahun 2070," tandas Farouk di sela-sela perayaan Maulid Nabi tersebut.

Farouk juga merasa senang bahwa agama Islam yang hadir dengan kedamaian dan kemuliaan mencapai jumlah yang sangat luar biasa. 

"Islam menjadi agama yang damai dan mulia. Hal ini  disebabkan oleh keteladanan seseorang yang sangat kita cintai hingga hari ini yaitu Nabi Muhammad SAW," tandasnya.

Farouk sangat tidak setuju dengan gerakan radikal yang mengatasnamakan Islam. Menurutnya saat ini tantangan dan tekanan terhadap umat Islam semakin kuat baik di masyarakat, dalam negara bangsa bahkan oleh tokoh-tokoh dunia. Islam dipersepsikan dalam berbagai aksi kekerasan/terorisme, yang salah satu diasosikan dengan simbolnya saat ini yaitu Islamic State Iraq and Suriah (ISIS). 

“Padahal banyak sekali tindakan dan ajaran ISIS tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam, bahkan seringkali merendahkan ajaran mulia ini dalam kenyatannya, menyakiti sesama Muslim, melakukan penghancuran mesjid dan lain sebagainya. Keanggotaan ISIS pun bahkan diragukan ketulenan Islamnya," tegas Farouk.

Menurut Farouk setidaknya ada dua kerangka besar dalam fenomena tindakan radikal yang mengatasnamakan Islam. Yang pertama secara internal, ada sebagian umat Islam yang salah tafsir serta pemahaman keliru terhadap Al-Qur'an dan Hadits maupun sumber referensi lainnya. Yang pada akhirnya mengambil kesimpulan sempit/pintas, bahwa jalan kekerasan adalah jalan terbaik dalam memperjuangkan Islam. Padahal dalam kenyataannya, jalan dakwah dengan mauijatun hasanah (keteladanan yang baik) sebagaimana diajarkan Rasulullah merupakan pondasi utama dalam melakukan amar ma'ruf dan mencegah nahyi munkar.  

Yang kedua secara eksternal, fenomena kemunculan ISIS digunakan tokoh-tokoh non-Muslim yang tidak senang menjadi sarana legitimasi bahwa Islam adalah teroris. Padahal ajaran ini mengajarkan dan memberikan keteladanan secara rinci bagaimana berinteraksi dengan sesama Muslim maupun non-Muslim dengan sangat baik, menghindari jalan-jalan kekerasan yang tidak sesuai perintah Allah SWT. 

“Alhamdulillah, umat Islam Indonesia dapat menunjukan dan memberikan keteladanan kepada umat Islam di seluruh dunia bagaimana hidup berdampingan bersama umat lain, menjadi agen utama dalam proses pembangunan negara dan tumbuh menjadi umat yang terus produktif menciptakan amal kebaikan bagi sekitar," paparnya.

Acara tersebut diinisiasi oleh Senator Banten, Habib Ali Alwi sebagai tuan rumah yang sekaligus pemilik Pesantren Al-Husainy di Serpong- Tangerang.

Senada dengan Farouk, Habib juga mengecam keras tindakan kekerasan mengatasnamakan agama, 

"Kekerasan dengan mengatasnamakan agama tidak dapat dibenarkan apa pun alasannya karena Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin artinya ajaran Islam rahmat bagi seluruh alam," kata Habib. 

Dia menambahkan bahwa gerakan anti teror pun dijalankan olehnya dari Tangerang Selatan bekerja sama dengan para sahabat, para Habib dan ustadz.

Mengomentari Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar), Habib melihat permasalahan terjadi karena ada penyimpangan ajaran Islam. "Isi ajaran Gafatar ini bertentangan dengan Islam, karena kurangnya pengetahuan tentang Islam dan sumber informasi yang keliru maka hal ini terjadi," tutup Habib. Red: Mukafi Niam