Depok, NU Online
Ketua Pengurus Pusat (PP) Harian Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU), Dr H Mahmoud Syaltout, menyampaikan sambutannya dalam acara Rapat Koordinasi IV pembentukan ISNU Pengurus Cabang (PC) Kota Depok baru-baru ini di Kelurahan Kukusan, Kecamatan Beji, Kota Depok. <>
Dalam sambutannya ia memaparkan pentingnya penelitian bagi kader-kader ISNU untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menuntut ilmu di perguruan tinggi.
“Hasil riset kader-kader ISNU harus bermanfaat secara riil bagi masyarakat umum,” kata Direktur PACIVIS UI itu. Riset menjadi sarana bagi kader-kader ISNU untuk mengimplementasikan ilmu pengetahuan yang diperolehnya kepada masyarakat umum.
Saat ini Indonesia banyak mengimpor berbagai kebutuhan pangan yang seharusnya dapat diproduksi di dalam negeri sendiri. Hal ini tentu sangat ironis karena wilayah nusantara sangat kaya dengan berbagai macam sumber daya alam sehingga merupakan ancaman serius bagi ketahanan pangan nasional Indonesia. Tantangan inilah yang harus dijawab oleh kader-kader ISNU, sebagai generasi intelektual NU, melalui pengembangan riset di bidang pangan.
“Masyarakat Indonesia butuh makanan untuk mempertahankan hidupnya, dan riset yang dilakukan oleh ISNU harus mampu menjawab berbagai permasalahan ini agar kebutuhan pangan nasional dapat terpenuhi secara swasembada,” ujar dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional (HI) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI itu.
Sebenarnya upaya ini telah dirintis oleh KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ketika menjadi Presiden Republik Indonesia (RI), yakni dengan melakukan kunjungan kenegaraan ke Brazil guna menandatangani perjanjian ekspor-impor kedelai secara langsung diantara kedua negara, tidak lagi melalui negara perantara yang sangat merugikan RI. Kedelai adalah bahan baku tempe, salah satu makanan khas RI, sehingga dengan terbukanya akses pasar yang lebih menguntungkan bagi RI, maka kesejahteraan para petani dapat semakin meningkat, dan kelangkaan produksi tempe pun dapat diatasi.
“ISNU harus mengamalkan kesalehan sosial melalui berbagai riset yang manfaatnya dapat dirasakan secara langsung dan nyata oleh masyarakat. Jangan sampai ISNU hanya berfokus dalam mengamalkan kesalehan spiritual saja hingga melupakan kesalehan sosial,” kata Mahmoud Syaltout.
Dengan demikian ISNU jangan hanya sekedar melakukan kegiatan-kegiatan rutin ibadah yang selama ini menjadi ciri khas warga Nahdliyin saja (Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dengan 4 madzhab utama), misalnya seperti Yasinan, Tahlilan, Istighotsah, Sholawatan, Mujahaddah dan sebagainya. ISNU juga harus fokus mengembangkan penelitian ilmiah (riset) yang selama ini menjadi kompetensi utama kader-kader intelektua NU selama menuntut ilmu di perguruan tinggi.
“Keberadaan Abdurrahman Wahid Centre (AWC) – UI harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh kader-kader ISNU untuk melakukan berbagai macam penelitian, kajian, dan riset yang bersifat multi-disiplin sehingga dapat dirasakan manfaatnya secara langsung dan nyata oleh masyarakat,” tutur Mahmoud Syaltout mengakhiri sambutannya.
Redaktur : Mukafi Niam
Kontributor: M Ibrahim Hamdani
Terpopuler
1
Khatib Tak Baca Shalawat pada Khutbah Kedua, Sahkah?
2
Masyarakat Adat Jalawastu Brebes, Disebut Sunda Wiwitan dan Baduy-nya Jawa Tengah
3
Meninggal Karena Kecelakaan Lalu Lintas, Apakah Syahid?
4
Wacana AI untuk Anak SD, Praktisi IT dan Siber: Lebih Baik Dimulai saat SMP
5
Jalankan Arahan Prabowo, Menag akan Hemat Anggaran dengan Minimalisasi Perjalanan Dinas
6
Menag Nasaruddin Umar: Agama Terlalu Banyak Dipakai sebagai Stempel Politik
Terkini
Lihat Semua