Jelang Pemilu 2024, Ketum PBNU: Tagline Anti Politik Identitas Perlu Digencarkan
Selasa, 14 Maret 2023 | 14:40 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat menerima kunjungan Bawaslu RI di Kantor Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Jakarta, Selasa (28/2/2023). (Foto: TVNU).
Syifa Arrahmah
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menegaskan menolak politik identitas, jelang Pemilu 2024 mendatang. Dalam hal ini, NU menyiapkan narasi untuk menangkal politik identitas untuk mencegah perpecahan di masyarakat.
“Narasi pencegahan ini penting disisipkan tagline atau kata kunci yang mempertegas bahwa politik identitas itu haram,” kata Gus Yahya saat menerima kunjungan Bawaslu di kantor PBNU beberapa waktu lalu.
Penegasan politik identitas, kata Gus Yahya, bertujuan untuk memarjinalkan artikulasi maupun para aktor politik yang menghalalkan politik identitas.
“Para aktor politik yang memainkan politik identitas ini pokoknya jangan dikasih celah barang sedikitpun, masyarakat perlu tahu bobroknya dan citra buruk mereka. Bagaimana akibatnya bila memilih tokoh pemain politik identitas,” katanya lagi.
Sebab itu, ia mendorong semua pihak, khususnya para pemegang kebijakan, dalam hal ini KPU dan Bawaslu RI untuk membuat strategi sistematis yang bisa menangkal politik identitas.
“Nah, strategi ini memerlukan beberapa komponen, di antaranya wacana tentang rasionalisasi anti politik identitas. Dengan membuat narasi dan memasukkan sejumlah tagline atau kata kunci,” ujar tokoh yang pernah menjabat sebagai Jubir Presiden ke-4 RI ini.
Contoh taglinenya, terang dia, misalnya: politik identitas akan membawa perpecahan, politik identitas akan memustahilkan musyawarah mufakat, atau politik identitas sebagai alat untuk menipu.
“Tagline-tagline itu mempertegas kedudukan pemilu sebagai kompetisi yang absolut dan rasional sehingga tidak mungkin ada negosiasi,” terangnya.
Strategi selanjutnya, ungkap Gus Yahya, adalah mewartakan secara masif kepada semua pihak bahwa politik identitas hanyalah alat bagi para aktor politik untuk menutupi kekurangannya.
“Mereka tidak punya gagasan kuat dan hanya bisa menipu pemilih dengan artikulasi identitas. Dengan kata lain politik identitas itu penipuan,” tegasnya.
“Intinya adalah bahwa kita harus mampu menangkap dan menangkal penyebaran politik identitas dengan cara memarjinalisasi baik artikulasi maupun pelaku politik identitas,” tandas Gus Yahya.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Aiz Luthfi
Terpopuler
1
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
2
Menkomdigi Laporkan 80 Ribu Anak Usia di Bawah 10 Tahun Terpapar Judi Online
3
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
4
UI Minta Maaf soal Disertasi Bahlil Lahadalia, Kelulusan Ditangguhkan, Moratorium SKSG
5
Khutbah Jumat: Peran Ayah dalam Kehidupan Keluarga
6
Kabar Duka: KH Munsif Nachrowi Pendiri PMII Wafat
Terkini
Lihat Semua