Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih saat kegiatan Pendidikan Menengah Kepemimpinan NU (PMKNU) di Institut Agama Islam Ma’arif NU Metro, Lampung, Kamis (24/11/2022). (Foto: NU Online/M Faizin)
Muhammad Faizin
Penulis
Metro, NU Online
Kaderisasi menjadi sebuah keniscayaan bagi setiap organisasi. Dengan kaderisasi, sebuah komunitas, perkumpulan, dan sejenisnya akan mampu bertahan dan melanjutkan visi dan misinya. Hal yang terpenting dari para kader bukanlah dalam sisi kuantitas, namun kualitas. Para kader harus mampu mewujudkan arti dan makna dari kata 'kader' itu sendiri.
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Miftah Faqih menjelaskan bahwa kata 'kader' berasal dari Bahasa Arab yakni hadara (fiil madi) atau hadir (fail) yang berarti hadir. Makna hadir menurutnya bukan hanya sekedar ada dan datang.
"Kader itu harus hadir, ada, datang, dan kontributif. Kader harus menjalani, menyaksikan, mewarnai, dan membersamai. Kader bukan hanya terlihat tapi bisa dirasakan," ungkapnya kepada para pengurus NU di Lampung saat kegiatan Pendidikan Menengah Kepemimpinan NU (PMKNU) di Institut Agama Islam Ma’arif NU Metro, Lampung, Kamis (24/11/2022).
Kader, lanjutnya tidak boleh hanya sekedar datang yang dalam Bahasa Arab disebut dengan 'ata'. Menurutnya, datang adalah aktivitas yang tidak bekerja totalitas dalam menjalankan sesuatu. "Kalau ada hadits yang berawalan dengan kata 'ata', maka dalam hadits itu ada sebuah masalah yang memerlukan jawaban," ungkapnya.
Kader juga tidak hanya pada posisi ada. Dalam posisi ada, para kader hanya terlihat wujudnya namun tidak memberi kontribusi. Sama seperti ruhnya yang tidak membersamai jasadnya. Keberadaannya disebut sebagai wujuduhu ka adamihi (adanya seperti tidak ada).
"Celakanya jika (kader) hanya terlihat, bukan terasa. NU hanya dijadikan objek dan menjadi batu pijakan untuk sebuah kepentingan. Dan itu adalah criminal organisasional," tegasnya.
Karena itu, menurut Kiai Miftah Faqih, para kader harus sungguh-sungguh melakukan pengkhidmatan dan memberi manfaat besar bagi perkumpulan. "Caranya serius dalam penghidmatan. Jangan biarkan kita berhenti pada terlihat kehadirannya saja. Kehadiran kita harus terasa," katanya.
Para kader harus menjadi individu yang menebarkan manfaat seperti lentera yang menyinari sekitarnya. Kader harus menjadi pelaku (fail) bukan menjadi objek (maf’ul).
Para kader harus menjadikan nilai-nilai Ke-NU-an menjadi metabolisme dalam tubuhnya. Hal ini dilakukan dengan melakukan pengkhidmatan dengan wujud agenda-agenda sosial yang merupakan manifestasi nilai-nilai keagamaan. Karena menjadi salah satu mandat keagamaan, maka agenda-agenda tersebut tidak lain akan menjadi sebuah keberkahan dan mendapatkan pahala dari Allah.
Pewarta: Muhammad Faizin
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua