Jakarta, NU Online
Kementerian Agama dan lembaga diklat Technical And Further Education (TAFE) Queensland, Australia sepakat melanjutkan kerja sama dalam pelatihan manajemen pendidikan vokasional bagi pengelola pesantren.
"Kerja sama Kemenag dengan TAFE Queensland selama dua tahun terakhir ini sudah berjalan baik dan karenanya harus diteruskan, bahkan ditingkatkan skalanya," kata Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kemenag Dr Mohsen Alaydrus kepada pers di Jakarta, Rabu.
Mohsen mengemukakan keterangan tersebut sehubungan ditandatanganinya "letter of intent" (LoI) antara Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Mohsen Alaydrus dengan Direktur TAFE Queensland International Janelle Chapman di Jakarta pada 28 Januari 2016.
Kemenag pada 2014 mengikutsertakan sembilan peserta pelatihan di TAFE Queensland dan pada 2015 delapan peserta. Semua biaya transport, akomodasi dan uang saku selama tiga pekan ditanggung oleh pihak Australia.
TAFE Queensland International itu sendiri adalah sebuah lembaga pemerintah yang fokus mengelola pendidikan vokasional di Australia. Selama pelatihan di lembaga itu para peserta diberikan berbagai materi seperti konsep pendidikan vokasional, managemen SDM, dan "link and match industry".
Menurut Mohsen, para alumni yang dikirim belajar ke Australia telah merasakan manfaatnya. Ia juga mengusulkan agar ke depan pelatihan bisa diselenggarakan di Indonesia sehingga bisa lebih banyak pesantren yang berpartisipasi dengan biaya yang lebih hemat.Â
Sementara itu Direktur TAFE Queensland International Janelle Chapman mengharapkan agar apa yang didapatkan peserta selama pelatihan di Australia dapat diterapkan di pesantren masing-masing sehingga kualitas pendidikan vokasional di pesantren dapat ditingkatkan.
Pada kesempatan terpisah Heri Trianingsih, salah satu alumni pelatihan di Australia yang berasal dari pesantren di Jawa Tengah mengatakan, produktivitas pesantrennya dalam memproduksi bibit ikan kini semakin meningkat.
"Sebelumnya produksi hanya sekitar 150 ribuan. Sekarang pesantren kami bisa memproduksi 750 ribu bibit ikan," ucap alumnus pelatihan di TAFE Queensland tahun 2015 itu.
Sementara itu alumni lain, Fadhullah Marzuki dari pesantren Almarkaz Sulawesi Selatan mengemukakan, seusai mengikuti pelatihan dirinya mengubah pandangan pribadinya mengenai Australia.
Jika selama ini ia berpandangan Australia tidak ramah terhadap Islam, namun ternyata setelah selama tiga minggu mengikuti pelatihan di negara itu menemukan bahwa warga Australia justru bersikap Islami.
"Mereka sebenarnya telah menerapkan nilai-nilai Islam seperti menghargai waktu atau berdisiplin, santun, dan memuliakan tamu," tuturnya. (Antara/Mukafi Niam)