Nasional

Kepala Muslim Colloge London Kagumi Toleransi di Indonesia

Selasa, 16 Februari 2016 | 09:30 WIB

Kepala Muslim Colloge London Kagumi Toleransi di Indonesia

Amsar Dulmanan( kiri), Dr M Benotman, dan Dr Faishal (kanan)

Jakarta, NU Online
Kepala Muslim Colloge London Dr Mohamed M. Benotman menyatakan kekagumannya atas toleransi yang ada di Indonesia. Ia bercerita, saat berkunjung ke Surabaya dan mendatangi Masjid Al Akbar Surabaya, ia kagum di samping masjid terdapat gereja dan keduanya dapat hidup berdampingan dengan damai. 

Melihat fenomena ini, pria kelahiran Libya ini berpendapat, dunia Muslim seharusnya belajar tentang toleransi dari Indonesia. Hal ini disampaikannya ketika berkunjung ke Universitas NU Indonesia di Jakarta, Selasa (16/2).

Mengenai kehidupan umat Islam di Inggris, ia menuturkan, perkembangan Muslim di negeri kerajaan ini sangat pesat. Pada tahun 1971, hanya terdapat 400 ribu Muslim dengan jumlah masjid hanya 30. Pada 2011, jumlah masjidnya saja sudah sekitar 1500. Tentu saja jumlah pemeluknya juga sudah meningkat luar biasa. “Ini semua adalah kehendak Allah,” katanya.

Untuk memfasilitas belajar agama Islam inilah salah satunya didirikan Muslim College London yang merupakan perguruan tinggi Islam pertama yang didirikan pada tahun 1983. Mufti Rwanda merupakan salah satu lulusan dari perguruan tinggi ini. 

Dalam kunjungan ke UNU Indonesia ini, ia mengajak kerjasama dalam bidang seminar, konferensi atau beasiswa. Ia menawarkan biaya kurang dari separuh biaya kuliah di universitas lain di Inggris. Potensi kerjasama lain adalah joint degree, yaitu dua semester belajar di London dan satu semester di Indonesia.  

Mengenai toleransi Rektor UNU Indonesia Prof Dr Maksum Machfoed menegaskan, tidak ada negara yang memiliki toleransi yang lebih baik dari Indonesia. Di luar Indonesia, toleransi dimaknai sebatas tidak menganggu aktivitas orang lain. Di Indonesia, toleransi bukan hanya sebatas itu, tetapi termasuk ikut mensuksesan ritual ibadah agama lain. Ia mencontohkan para Banser yang turut menjaga keamanan gereja saat Natal. 

Maksum menyebut NU dan Muhammadiyah sebagai dua organisasi besar Islam moderat yang menjadi pilar toleransi ini. 

“Tanpa ada NU dan Muhammadiyah, Indonesia sudah hilang,” tandasnya. (Mukafi Niam)