Ketua PBNU KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) saat mengisi kegiatan evaluasi pembelajaran literasi dan numerasi LP Ma’arif NU, di Surabaya, Ahad (5/3/2023). (Foto: LP Ma’arif NU)
Syifa Arrahmah
Penulis
Jakarta, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Fahrur Rozi (Gus Fahrur) meminta kepada para guru Lembaga Pendidikan (LP) Ma'arif NU untuk mendorong minat baca dan meningkatkan literasi anak didik.
"Minat membaca dari anak-anak sekolah mesti terus ditingkatkan. Dengan membaca, anak bisa menggali ilmu dan meningkatkan kemampuan literasinya," kata Gus Fahrur kepada para guru yang mengikuti kegiatan evaluasi pembelajaran literasi dan numerasi LP Ma’arif NU, di Surabaya Jawa Timur, Ahad (5/3/2023).
Ia meminta kepada para guru yang mengikuti kegiatan ini menciptakan ruang diskusi dengan anak didik mereka. Selain itu, memupuk kebiasaan membaca dan menanamkannya sejak dini, juga harus dilakukan secara konsisten dan berkelanjutan.
Kata Gus Fahrur, faktor lingkungan yang tidak mendukung dan kebanyakan para remaja berpikir orang-orang yang banyak membaca adalah orang yang kurang bergaul mengakibatkan banyak remaja yang menjaga jarak dengan buku dan aktivitas membaca.
Membiasakan membaca, menurut dia, merupakan cara jitu agar seseorang mahir berbicara di depan umum dan bisa mengembangkan keterampilan menulis seseorang.
"Seseorang yang ingin mengembangkan kemampuan berbicara di depan umum dan menulis, haruslah banyak mendengar dan membaca," teragnya.
Ia menyebut berbicara di depan umum dan menulis adalah keterampilan yang wajib dimiliki setiap orang. Jika seseorang ingin terampil menulis maka harus banyak membaca, sama halnya ketika ia ingin pandai berbicara di depan umum kuncinya harus banyak mendengarkan.
"Salah satu faktor yang memberikan pengaruh, yaitu kurangnya minat membaca peserta didik. Penyebab lainnya, yaitu kurangnya pembiasaan dalam kegiatan membaca," ujar dia.
Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua PBNU KH Ahmad Fachrurrozi menjelaskan terkait ruang lingkup penguatan literasi-numerasi tingkat SMP dapat diarahkan pada tiga tahapan, yakni: pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran.
“Ketiga tahapan ini meliputi: lingkungan fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana prasarana literasi), lingkungan sosial dan afektif (dukungan dan partisipasi aktif semua warga sekolah) dalam melaksanakan kegiatan literasi-numerasi, dan lingkungan akademik (adanya program literasi-numerasi yang nyata dan bisa dilaksanakan oleh seluruh warga sekolah)," jelas Gus Rozi, sapaaan akrabnya.
Sementara Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Timur KH Nur Sodik Askandar atau Cak Sodik menyaampaikan bahwa program literasi-numerasi di sekolah memerlukan adanya evaluasi guna meningkatkan kualitas dari kegiatan program tersebut. Evaluasi perlu dilakukan guna melihat keberhasilan suatu program dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
"Dari evaluasi diharapkan adanya masukan berupa hasil penilaian dan saran yang dapat menjadi pijakan dalam meningkatkan berjalannya kegiatan," ucap dia.
Sebagai informasi, LP Ma’arif NU banyak menggelar Bimbingan Teknis Literasi-Numerasi Program Organisasi Penggerak (POP) bagi guru SMP di beberapa wilayah di Indonesia, Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Kalimantan Timur, dan Sulawesi Selatan.
Program ini adalah kolaborasi LP Ma’arif PBNU dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI. Tujuannya mewujudkan semangat merdeka belajar melalui POP bagi para tenaga pendidik.
Pewarta: Syifa Arrahmah
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua