KH Nurul Huda Djazuli: Orang Jika Ingat Mati Tidak Akan Berbuat Aneh
Rabu, 28 Juni 2023 | 07:00 WIB
Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Mojo, Kediri KH Nurul Huda Djazuli saat peringatan 1.000 hari wafatnya KH Fuad Mun'im Djazuli. (Foto: tangkapan layar kanal Youtube PP Al Falah Ploso)
Malik Ibnu Zaman
Kontributor
Jakarta, NU Online
Dalam Al-Qur’an disebutkan Kullu nafsin dzaiqotul maut, tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso Kediri KH Nurul Huda Djazuli menyampaikan bahwa hendaknya ayat tersebut menjadi pengingat bahwa dunia itu tidak selamanya.
“Kalau ingat tentang ini paling tidak asalnya ingin neko-neko bisa berhenti, bisa dikurangi, bisa disederhanakan. Inginnya duit bermilyar-milyar bahkan bertriliun-triliun, menurut istilah sekarang. Insyaallah tidak seperti itu, karena apa? ingat kematian,” ujarnya pada tayangan kanal Youtube resmi Pondok Pesantren Al-Falah Ploso diakses oleh NU Online pada Selasa (27/6/3023).
Bahkan menurut Kiai Nurul Huda, hamba-hamba Allah yang sangat cerdas ketika melihat dunia, justru malah menceraikannya, menganggap dunia bukan tempat domisili bagi orang yang hidup, tetapi dunia adalah tempatnya orang-orang mati. “Itulah para hamba Allah yang cerdas, yang pintar yakni Al-Aulia Al-Arifin,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan syair dari Imam Syafi'i, yaitu Inna lillahi ‘ibadan futhana, tarakud dunya wakhofuul fitana, nadzoru fiha falamman ‘alimu, annaha laysat lihayyin fathona, ja’aluha lujjatan wattakhodzu, sholihal a’amali fiha sufunan.
“Inna lillahi ‘ibadan futhona, Allah itu punya hamba-hamba yang pintar dan cerdas. Tarakud dunya wakhofuul fitana, menceriakan dunia karena takut fitnah. Nadzoru fiha, melihat dunia setelah tahu bagaimana, falamman ‘alimu annaha laysat lihayyin fathona, setelah tahu bahwa dunia itu bukan tempat domisili, bukan tempat untuk selamanya bagi manusia,” jelasnya.
“Ja’aluha lujjatan, dianggap dunia itu sebagai ombak yang dahsyat dan sangat menakutkan. Kemudian wattakhodzu sholihal a’amali fiha sufunan, dia membuat perahu, karena ini berada di ombak, yang bahanya perahu itu shalihal ‘amal, amal-amal yang baik. Ini kamu harus paham, mereka membuat perahu yang kuat dan kokoh, yang diandalkan, agar supaya tidak tenggelam dengan amal amal yang bagus, ” lanjutnya.
Baca Juga
Tiga Persiapan Menghadapi Kematian
Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu kembali mengingatkan bahwa di dunia jangan mencari kaya, sebab pada hakikatnya dunia bukan tempat domisilinya orang hidup, tetapi tempatnya orang-orang mati, dan di dunia itu tidak lama. Pun yang menyelamatkan nanti itu bukan kaya raya, bukan uang, tetapi amal sholeh.
“Inilah yang harus diingat-ingat oleh kita semua. Kemudian jangan pernah kecil hati, kecil hati jangan, jangan pernah. Kecil hati sebagai manusia ya istilahnya biasa, tetapi setelah saya pikir-pikir, tidak usah kecil hati kalau kita masih dekat dengan Allah. Tetap ngaji yang tekun, tidak usah lihat kanan kiri. Lalu jangan terburu-buru, sebab jika terburu-buru bisa disanksi dengan ketidakberhasilan, kegagalan, inilah yang menakutkan,” pungkasnya.
Kontributor: Malik Ibnu Zaman
Editor: Syakir NF
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
3
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Hukum Pakai Mukena Bermotif dan Warna-Warni dalam Shalat
6
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
Terkini
Lihat Semua