Nasional

KH Sholeh Qosim Tentara Sabilillah Turut Perang 10 November

Kamis, 10 Mei 2018 | 23:00 WIB

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama kembali kehilangan salah seorang kiainya, yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Bahauddin Sepanjang, Sidoarjo, KH Sholeh Qosim. Ia wafat di kediamannya, Kamis (10/3) petang pada saat Shalat Maghrib. Ia dipanggil Allah saat sujud. 

Tak banyak yang tahu, kiai yang lahir pada 1930 ini adalah salah seorang pejuang kemerdekaan NKRI. Dia adalah salah seorang tentara Sabilillah, sebuah kelaskaran rakyat yang dipimpin tokoh NU, KH Masykur dari Malang. 

Salah seorang pengurus Lembaga Seni Budaya Muslim Indonesia (Lesbumi) PBNU Eko Ahmadi, pernah mengikuti pertemuan dengan menghadirkan KH Sholeh Qosim. Salah satu ceritanya adalah bahwa dia adalah salah seorang laskar Sabilillah. 

KH Sholeh Qosim turut berperang pada 10 November 1945 yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan. Sebelumnya, peristiwa itu didahului dengan fatwa yang dikeluarkan para kiai NU, yaitu Rasolusi Jihad NU pada 22 Oktober yang kemudian ditetapkan menjadi Hari Santri. 

Dengan fatwa itu berperang membela negara kesatuan Republik Indonesia adalah jihad. Dengan adanya fatwa ini para ulama dan santri mengobrkan semangat berperang melawan penjajah.

Tentang dia turut berperang pada 10 November dibenarkan cucu KH Sholeh Qosim, yaitu Gus Miftah, yang berhasil dihubungi NU Online Kamis tengah malam. 

Menurut dia, KH Sholeh Qosim pada peristiwa masih masih muda. Ia turut berangkat bersama ayahnya, yaitu Kiai QOsim. 

“Jadi, sebenarnya ngawal ayahnya yang bernama Kiai Qosim yang ikut Sabilillah,” katanya. (Abdullah Alawi)