Kiai Agus Sunyoto: Puasa Ramadhan Sarana Mencapai Adam Makrifat
Kamis, 15 April 2021 | 12:00 WIB
Puasa dengan meniru Rasulullah, adalah cara yang diberikan kepada keturuan Nabi Adam untuk mencapai kembali Adam makrifat, mencapai kembali kepada Allah.
Kendi Setiawan
Penulis
Jakarta, NU Online
Sejarawan KH Agus Sunyoto mengatakan puasa Ramadhan adalah kesempatan bagi umat Islam untuk berjuang meraih Adam makrifat tepat saat tibanya Hari Raya Idul Fitri.
Hal itu didasarkan pada puasa Ramadhan yang biasa dilakukan pelaku tasawuf. Sejak awal puasa Ramadhan, para ahli tasawuf sudah sudah menetapkan puasa mengikuti sunah yang dicontohkan oleh Rasulullah, yakni saat berbuka cukup dengan tiga biji kurma dan segelas air.
"Para salik mengamalkan itu. Tidak di masyarakat sekarang (yang menyiapkan buka puasa) aneka macam makanan, kue-kue apa saja bahkan berlebihan, seperti balas dendam karena sehari nggak makan," kata Kiai Agus Sunyoto saat mengisi Pesantren Ramadhan yang digelar virtual oleh Majelis Telkomsel Taqwa (MTT) dan Majelis Taklim Telkom Grup (MTTG), Kamis(15/4).
Karena memakan tiga biji kurma dan segelas air, pada hari pertama, kedua dan seterusnya, membuat orang yang berpuasa di hari ketujuh merasa lemah pada bagian kaki, bahkan seperti lumpuh terutama di bagian lutut belakang. Kemudian pada menjelang hari keempat belas, punggung merasa seperti lumpuh.
"Ketika masuk hari ke-21 kesadaran indrawi mulai lemah, karena kesadaran pancaindra dari makanan. Makin mengurangi makan, kesadaran pancaindra menurun. Dimulai malam ke-18 atau 19, orang akan seperti melihat sesuatu yang abstrak, seolah-olah itu hal yang benar, ada bayangan-bayangan kelihatannya bukan hal yang sebenarnya, seperti ilusi. Itu kondisi pancaindra kita turun masuk malam ke-20 melihat sesuatu di balik fakta-fakta yang tidak dapat ditangkap oleh matahati," beber penulis buku Atlas Walisongo.
Karena itu, jangan heran pada malam ke-21 orang yang sudah melaksananan cara puasa Rasulullah dapat melihat yang gaib. Termasuk malam lailatul kodar, tidak dengan mata indrawi. Puncakya pelaku puasa akan mencapai Idul Fitri, kembali kepada fitah.
"Kenapa disebut kembali ke fitrah, dalam tasawuf adalah manusia sebagai keturunan adam kembali ke fitrah Adam yang sejati yang pertama kali diciptakan Allah, yang disebut fitrah Adam makrifat," terangnya.
Adam makrifat, kembali pada situasi ketika Nabi Adam mampu berbicara dengan malaikat, berkomunikasi dengan Allah SWT, dan melihat alam gaib. Allah SWT memberikan perintah langsung kepada Adam, termasuk jangan mendekati pohon khuldi, karena akan menjadi orang yang terhijab.
"Ternyata karena desakan nafsu, pohon itu tidak sekadar didekati tapi dimakan oleh Adam. Sejak itu Nabi Adam jatuh langsung terhijab tidak lagi berkomunikasi dengan Allah SWT, tidak melihat alam gaib di mana ada malaikat. Adam lalu beristighar menyesali apa yang dilakukan," kata Ketua Lesbumi PBNU.
Puasa dengan meniru Rasulullah, adalah cara yang diberikan kepada keturuan Nabi Adam untuk mencapai kembali Adam makrifat, mencapai kembali kepada Allah.
"Maka berpuasa kuncinya di situ, betapa sulitnya karena desakan-desakan nafsu dunia sehingga tradisi ini hanya dilakukan segelintir pesuluk, yang lain sudah tradisi buka bersama dan makan yang enak-enak," ujarnya.
"Sekarang kita sulit menemukan orang yang berusaha mencapai itu, karena berpikirnya materialis, tertutup oleh materi," imbuh Kiai Agus Sunyoto.
Tradisi dari ajaran Islam
Sebelumnya Kiai Agus Sunyoto juga mengatakan dalam bulan Ramadhan di Indonesia, terutama setelah hari ke-21, dikenal penuh tradisi yang sifatnya berlatar keagamaan, dan ini suduah berlangsung selama ratusan tahun.
Pada awal-awal har Ramadhan, hampir tidak ada ritual yang sifatnya tradisi. Tradisi baru muncul pada malam ke-17 yakni peringatan Nuzulul Qur'an, tetapi ketika mencapai tanggal 21, sudah mulai bermunculan sejak zaman Walisongo.
Salah satu contohnya adalah malam selikuran, atau malam ke-21. Umat Islam membuat lampion atau damar kurung yang dipasang sepanjang jalan ke makam Sunan Giri. Orang menganggap lampion adalah tradisi China. Padahal, ini tradisi warga China Islam.
Pewarta: Kendi Setiawan
Editor: Fathoni Ahmad
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua