Nasional

Kiai Said Sebut Pesantren Kaya akan Khazanah Keilmuan, Perlu Dikelola untuk Kemajuan Bangsa

Senin, 8 Juli 2024 | 18:30 WIB

Kiai Said Sebut Pesantren Kaya akan Khazanah Keilmuan, Perlu Dikelola untuk Kemajuan Bangsa

Mustasyar PBNU KH Said Aqil Siroj saat menyampaikan mauidzah hasanah dalam acara Haul Ke-13 KH Masruri Abdul Mughni di Pesantren Al-Hikmah 2 Brebes, Jawa Tengah, pada Senin (7/7/2024).

Brebes, NU Online

Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj menyebut pesantren sebagai institusi pendidikan yang kaya akan beragam khazanah keilmuan.


Kiai Said mengungkapkan bahwa pesantren memiliki beragam kekayaan mulai dari sosial, budaya, dan simbolik dalam masyarakat yang perlu dikelola dengan baik untuk kemajuan bangsa.


"Kita kaya dengan social capital, cultural capital, symbolic capital," ujar Kiai Said saat mengisi tausiyah dalam peringatan Haul ke-13 KH Masruri Abdul Mughni, di Pondok Pesantren Al-Hikmah 2, Brebes, Jawa Tengah, Ahad (7/7/2024).
 

"Oleh karena itu, kita banggakan pesantren. Pesantren punya kekayaan sosial masyarakat, kebudayaan, keilmuan peradaban, akhlakul karimah, dan simbolik," sambungnya.


Menurut Kiai Said, pesantren dan NU memiliki kekayaan sosial yang unik dan tidak dimiliki oleh kelompok lain.


"Satu, sosial kapital. Kita kaya dengan masyarakat, dengan warga. Hanya kita belum mampu me-manage dengan baik," jelas Pengasuh Pondok Pesantren Al-Tsaqafah, Jakarta tersebut.


Kiai Said menegaskan bahwa NU harus selalu berbasis pesantren untuk tetap relevan dan besar. Bahkan, kebesaran NU tak mungkin berarti jika tanpa pesantren.


"Tidak mungkin NU besar kalau meninggalkan pesantren. Tidak mungkin NU ada artinya kalau sudah tidak lagi mengajak pesantren bahkan meninggalkan pesantren. Sekali lagi, NU di tingkat apapun, MWC, PC, PW, pusat pun harus berbasis pesantren," papar ulama kelahiran Cirebon, 3 Juli 1953 itu.


Selain kekayaan sosial, Kiai Said juga menyoroti kekayaan budaya dan intelektual yang dimiliki pesantren, utamanya dalam hal kitab kuning dan ilmu-ilmu keislaman.


Pesantren, lanjut Kiai Said, merupakan salah satu institusi pendidikan yang terus menghidupkan kajian-kajian kitab kuning sebagai pembelajaran utama kepada santri.


"Kita kaya dengan kitab kuning. Kita kaya. Di luar agama Islam, tidak ada ilmu seperti Ushul Fiqih, metode memahami nash. Di Islam ada dan yang menciptakan Imam Syafi'i," jabar Ketua Umum PBNU 2010-2021 itu.


Kiai Said juga menjelaskan bahwa pesantren merupakan institusi yang terus melestarikan simbol-simbol khas keislaman, seperti kopiah dan bedug sebagai bagian dari kekayaan budaya yang harus dijaga dan dipertahankan.


"Pesantren itu kaya dengan simbol," ungkap Kiai Said.