Nasional

Liga Santri Nusantara: Kuburan Para Juara Bertahan

Selasa, 24 Oktober 2017 | 05:56 WIB

Bandung, NU Online
Liga Santri Nusantara (LSN) menyajikan fakta unik terkait nasib para juara bertahan. Faktanya mereka selalu tumbang di tingkat penyesihan daerah atau Seri Regional. Putaran Final atau Seri Nasional LSN layaknya kuburan bagi para juara bertahan.

Kesebelasan Pondok Pesantren Nurul Islam (Nuris) Jember misalnya, meraih juara pertama LSN 2015 di Sidoarjo, tapi gagal masuk ke Seri Nasional LSN 2016 yang berlansung di Yogyakarta.

Nasib serupa dialami juara pertama LSN 2016. Kesebelasan pondok Pesantren Nur Iman Sleman, Yogyakarta, tahun ini gagal lolos Seri Nasional di Bandung. Semifinalis tahun lalu, Kesebelasan Al-Asy’ariyah Kabupaten Tangerang yang melahirkan sosok M. Rafli, juga kandas di Seri Regional.

Menurut Ketua Pengurus Pusat Rabithah Nahdlatul Ulama (RMINU) KH Abdul Ghofarrozin mengatakan, perputaran pemain di LSN mengalami regenerasi yang cepat.

Pemain LSN tahun lalu, kata kiai yang akrab disapa Gus Rozin ini, bisa jadi tidak turut serta tahun ini karena faktor usia. Sehingga kesebelasan mereka harus memutar otak memoles pemain baru.

“Tentu dengan kualitas berbeda,” katanya di stadion Siliwangi, Kota Bandung, Senin (23/10).

Hal itu diamini Direktur Kompetisi dan Pertandingan LSN M. Kusnaeni mengukui hal itu. Lebih dari itu, ia menambahkan, persaingan kompetisi LSN dari tahun ke tahun semakin meningkat, kesenjangan kualitas antarpemain dan kesebelasan-kesebelasan makin tipis.

Semifinalis tahun lalu, Nurul Fauzi Tasikmalaya misalnya, tahun ini seratus persen dengan pasukan berbeda dengan tahun lalu karena faktor usia tidak memenuhi syarat. Beruntungnya, tim mereka telah mempersiapkan regenerasi pemain sejak jauh-jauh hari. (Abdullah Alawi)