Jakarta, NU Online
Lingkungan menjadi persoalan serius bangsa Indonesia hari ini. Pasalnya, kerusakan yang diakibatkan oleh ulah manusia itu sendiri sudah berdampak besar terhadap bumi itu sendiri dan juga pada para penghuninya. Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) melihat pelestarian lingkungan bukanlah kerja personal dan instan. Hal tersebut butuh kerja komunal dengan keberlanjutan dari berbagai elemen masyarakat.
"Karena pelestarian lingkungan bukan kerja dan aksi yang instan, tetapi upaya yang sistematis, multisektor dan berkesinambungan, sehingga dibutuhkan diperlukan perencanaan dan komitmen yang kuat bahkan jangka panjang untuk melakukannya," kata Muhammad Ali Yusuf, Ketua LPBI PBNU, kepada NU Online pada Senin (22/4).
Oleh karena itu, LPBINU, katanya, mengajak pesantren untuk membangun budaya ramah lingkungan tersebut dengan program Pesantren Hijau. Sebab, menurutnya, pesantren merupakan tempat penempaan ulama dan kiai sehingga sudah tepat jika pelestarian lingkungan juga dimulai dari tempat tersebut.
"Pesantren adalah soko guru pendidikan Islam di Indonesia. Di sinilah ditempa para kader ulama dan kiai, sehingga sudah sepatutnya pesantren menjadi penggerak utama upaya dan aksi pelestarian lingkungan hidup," ujarnya.
Di samping itu, Ali Yusuf juga mengungkapkan bahwa pesantren merupakan basis utama organisasi NU. "Sehingga pesantren merupakan garda terdepan pelaksanaan setiap keputusan organisasi NU," ujarnya.
Sebelum program tersebut dimulai, LPBI PBNU akan melakukan survei, observasi, dan penilaian terhadap pesantren yang telah mengirimkan profil datanya ke panitia. “Akan ada survei dan assessment untuk melihat langsung pesantren atau mengidentifikasi rintisan awal atau inisiasi pesantren dalam upaya pelestarian lingkungan hidup,” katanya.
Di samping itu, kedatangannya ke pesantren tersebut juga untuk berdiskusi dan mendapatkan rancangan komitmen dari pesantren tentang apa yang akan dilakukan selanjutnya dalam upaya pelestarian lingkungan hidup.
Tiga sampai lima pesantren terpilih akan mendapatkan pendampingan khusus dari LPBI PBNU dalam menangani persoalan lingkungan selama enam bulan atau disesuaikan dengan kebutuhan di pesantren.
“Target program ini adalah pesantren lebih serius dan concern untuk mengembangkan upaya pelestarian lingkungan hidup dengan menyusun perencanaan yang baik dan memiliki kelembagaan yang khusus,” jelas Ali Yusuf.
Selain itu, program tersebut juga, katanya, disesuaikan dengan kondisi yang ada dan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing pesantren.
Lebih dari itu, LPBI PBNU tidak hanya mengisi pelatihan dan pendampingan pelestarian lingkungan saja, melainkan juga membentuk lembaga, dalam hal ini Bank Sampah Nusantara (BSN) LPBI NU.
“Program tidak hanya berisi pelatihan, tetapi juga pembentukan kelembagaan, kemudian pendampingan pesantren dalam upaya pelestarian lingkungan hidup,” ungkapnya.
Program awal ini diperuntukkan bagi pesantren-pesantren yang berada di wilayah Jabodetabek. Ke depan, Ali Yusuf juga berencana akan mengembangkan pesantren-pesantren lain di luar wilayah ibu kota dan sekitarnya.
“Iya. Program selanjutnya di daerah lain akan dirancang berdasarkan evaluasi program tahap satu,” pungkasnya.
(Syakir NF)