Nasional

Mantan Rektor IIQ: Lanjutkan Rintisan Kiai Ali Mustafa Ya’qub

Jumat, 29 April 2016 | 11:02 WIB

Jakarta, NU Online
Berpulangnya pakar Hadis Indonesia KH Ali Musthofa Ya’qub, Kamis (28/4) pagi, terus memantik kesedihan berbagai tokoh masyarakat dan ulama. Salah satunya pakar Tafsir yang juga Rektor Institut Ilmu Al-Quran masa bakti 2010-2014, Dr KH Ahsin Sakho Muhammad Asyrofuddin.

Menurut Kiai Ahsin, Kiai Ali Musthofa merupakan sosok yang gigih sekali dalam mencerdaskan di masyarakat melalui pembahasan hadis-hadis yang dhaif (lemah). Ini merupakan suatu usaha yang masih jarang dilakukan di Indonesia.

“Beliau selalu mengingatkan kepada masyarakat bahwa apa yang selama ini diyakini terkait amal ibadah ternyata berdasar kepada hadis palsu. Perlu kita lanjutkan apa yang dirintis beliau,” ujar Kiai Ahsin kepada NU Online usai menyampaikan khutbah Jumat di Masjid Al-Ikhlas Kementerian Agama Jln MH Thamrin Jakarta, Jumat (29/4) siang.

Rintisan Kiai Ali, lanjutnya, baik kajian hadis dari berbagai sisinya maupun pesantren Darussunnah. Kiai Ali sangat konsen di bidang ilmu hadis, sebuah rintisan yang patut diapresiasi.

“Beliau mengkritisi masyarakat yang cenderung lebih menekankan kepada persoalan spiritualitas pribadi tanpa melihat kepada lingkungan sekitar. Kiai Ali sedih melihat mereka yang selalu haji berkali-kali, mbok ya sebagian dananya itu untuk kepentingan fuqara’ wal masakin. Seandainya umat Islam sadar tentang itu, tentu ini patut diacungi jempol,” tuturnya.

Menurut Kiai Ahsin, upaya Kiai Ali Musthofa Ya’qub dalam mencoba mendinginkan kaum muslimin Indonesia yang mayoritas warga NU dengan kaum Wahabi juga patut diapresiasi. “Saya melihat upaya beliau ingin hubungan kedua kelompok ini menjadi cair,” ujar adik KH Husein Muhammad ini.

Bagi Kiai Ali, lanjutnya, ajaran NU dan Wahabi tidak ada perbedaan secara ushuliyyah, tapi hanya furuiyyah saja. Kiai Ali berharap hubungan warga NU dan Wahabi tidak retak hanya gegara persoalan sepele.

“Hal tersebut beliau lakukan dengan mengundang para tokoh, semisal Kiai Syukron Ma’mun, untuk berbicara di forum tentang bagaimana sebenarnya pandangan Wahabi dan keterkaitannya dengan para tokoh NU di sini,” ungkap doktor jebolan Universitas Ummul Quro Mekah ini.

Ditanya tentang pendapat tersebut, Kiai Ahsin mengaku sepakat dengan ijtihad Kiai Ali Musthofa ini. Pakar tafsir dan pakar hadis ini sering terlibat dalam kerja tim, misalnya saat merevisi tafsir yang diterbitkan Kementerian Agama.

“Saya dalam banyak hal sependapat dengan pemikiran beliau. Pada waktu saya ditunjuk sebagai ketua tim revisi tafsir Kemenag, beliau jadi wakil. Jadi, dalam lima tahun setiap bulannya kami kumpul di Wisma Tugu Kemenag, satu kamar dengan beliau. Tidak hanya tafsir, tapi kami juga membincang berbagai hal, mulai pesantren, kehidupan masyarakat, hingga isu-isu lainnya,” kenang Kiai Ahsin. (Musthofa Asrori/Fathoni)