Nasional

Masyarakat Perlu Tingkatkan Kewaspadaan akan Potensi Bencana di Musim Hujan

Kamis, 4 Januari 2024 | 13:00 WIB

Masyarakat Perlu Tingkatkan Kewaspadaan akan Potensi Bencana di Musim Hujan

Ilustrasi bencana musim hujan. (Foto: NU Online/Freepik)

Jakarta, NU Online

Puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, tahun ini diperkirakan terjadi pada Januari dan Februari 2024. Banjir, tanah longsor, angin puting beliung merupakan bencana yang sering terjadi, terutama di musim penghujan.

 
Pelaksana Tugas (Plt) Ketua Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LPBI PBNU) H Maskut Candranegara, mengungkapkan ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bencana di musim penghujan.


Menurutnya, kunci utama dalam menghadapi potensi bencana seperti banjir, tanah longsor, dan angin puting beliung adalah kesadaran dan kewaspadaan masyarakat. Masyarakat perlu lebih peka terhadap potensi bencana yang bisa timbul akibat cuaca ekstrem pada musim hujan.


“Selain itu, lembaga terkait seperti Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi KlimatologI Geofisika (BMKG) perlu menguatkan sinergi mitigasi dini agar masyarakat dapat terhindar dari resiko akibat bencana,” ujarnya pada NU Online, Rabu (3/1/2024).


Lebih lanjut, ia mengungkapkan, ada tiga potensi bencana yang kerap terjadi saat musim penghujan, yakni banjir, tanah longsor, dan puting beliung. Maskut menjelaskan, banjir bermacam-macam jenisnya, bisa berupa genangan hingga luapan air dengan intensitas yang besar atau kerap disebut dengan banjir bandang.


Kemudian tanah longsor kerap terjadi di kawasan perbukitan yang gundul dan jarang terdapat tumbuh-tumbuhan, sehingga disaat hujan intensitas tinggi maka akan terjadi longsor.


“Adapun bencana puting beliung sulit diprediksi oleh masyarakat awam, sehingga perlu adanya edukasi dari BMKG terhadap masyarakat dalam mengantisipasi bencana puting beliung,” terangnya.


Sementara itu, terkait banjir yang merupakan bencana musiman di Jakarta, ia menjelaskan ada berbagai upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi pengendalian banjir di Jakarta. Pertama, harus menjalin kerja sama dengan pemerintah sekitar, seperti Jawa Barat dan Banten.


“Biasanya banjir kiriman datang dari hulu seperti aliran sungai dari Bogor Jawa Barat. Pemerintah Jakarta harus melakukan berbagai program yang dapat mengurangi resiko bencana banjir dengan cara mengintensifkan pengerukan lumpur pada selokan, kali, situ, waduk,” jelasnya.


Kedua, memperbaiki saluran air, mengintensifkan instalasi sumur resapan atau drainase vertikal, mengimplementasikan Blue and Green, yaitu taman yang menjadi kawasan tampungan air sementara saat intensitas hujan tinggi, penyediaan alat pengukur curah hujan, dan perbaikan pompa.


Selanjutnya, solusi dalam penanganan bencana Hidrometeorologi basah di Indonesia  ada beberapa langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat, antara lain memangkas daun dan ranting pada pohon-pohon besar, tidak membuang sampah sembarangan, menjaga kebersihan lingkungan, membersihkan saluran air hingga sungai, selalu memperbarui informasi prakiraan cuaca dari sumber yang kompeten.


“Sedangkan, upaya pencegahan hidrometeorologi jangka panjang yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah menanam pohon yang dapat mencegah terjadinya tanah longsor sekaligus mengikat air tanah sebagai persediaan saat kemarau panjang,” pungkasnya.