Meski Sudah Era Digital, Penggunaan Al-Quran Cetak Masih Tinggi
Kamis, 7 November 2019 | 06:00 WIB
Jakarta, NU Online
Revolusi industri 4.0 memang menuntut segala macam hal bertransformasi ke bentuk digital. Hal tersebut membuat bentuk lama terdisrupsi. Sebut saja ojek yang tidak bergabung dengan aplikasi daring (online) semakin menurun penumpangnya. Toko-toko besar juga tergantikan perannya oleh toko-toko daring berbasis aplikasi digital.
Perubahan bentuk dari manual ke digital juga merambah kepada Al-Quran. Namun, berbeda dengan lainnya, bentuk cetak Al-Qur'an tidak ditinggalkan sepenuhnya. Hal itu terbukti dengan persentase pembaca Al-Quran cetak yang masih tinggi.
Hasil penelitian Lembaga Pentashihan Mushaf Al-Quran (LPMQ) tentang kemampuan BTQ Mahasiswa UIN di Indonesia menunjukkan bahwa masih ada 47 persen yang hanya membaca Al-Qur'an cetak, 49,4 persen membaca dalam bentuk cetak dan digital, dan hanya 3,6 persen saja yang hanya menggunakan Al-Quran digital.
Melihat data tersebut, Kepala LPMQ Muchlis M Hanafi menyampaikan bahwa dunia digital ternyata tidak terlalu memengaruhi Al-Quran ketika yang lainnya terdisrupsi.
"Banyak yang terdisrupsi dengan adanya online, dengan digital, Al-Quran tidak terlalu terpengaruh," katanya saat memberikan sambutan sebelum menutup acara Seminar Hasil Penelitian Kemampuan Baca Tulis Al-Quran Mahasiswa UIN di Indonesia di Hotel Santika, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (6/11).
Baca juga: Penelitian Terbaru: Kemampuan Baca Tulis Al-Quran Mahasiswa UIN Bermasalah
Muchlis menilai bahwa Al-Quran cetak memiliki kelebihan sakralitas yang tetap terjaga, sedang Al-Quran digital tidak demikian. "Kita pegang Al-Quran digital tidak ada nuansa sakralitasnya," katanya.
Sebab menurutnya, orang membawa ponsel yang di memorinya menyimpan Al-Quran digital masuk ke toilet dengan biasa saja. Lain cerita jika orang tersebut membawa al-Quran cetak di dalam tasnya. Tentu tidak akan berani masuk ke toilet atau meninggalkannya di luar.
Baca juga: Tiga UIN dengan Indeks Kemampuan Baca Tulis Al-Quran Tertinggi
Muchlis juga menyampaikan bahwa berdasarkan fakta tersebut, industri percetakan Al-Quran tidak terancam. "Data ini menarik bahwa industri penerbitan Al-Quran tidak terancam dengan digitalisasi," ujarnya.
Hal tersebut juga sejalan dengan meningkatnya jumlah penerbitan al-Quran di Indonesia.
Penelitian itu dilakukan pada 700 mahasiswa dari 14 UIN di Indonesia. Masing-masing kampus dipilih 50 mahasiswa, 25 mahasiswa dari program studi agama dan 25 lainnya dari program studi umum.
Pewarta: Syakir NF
Editor: Muhammad Faizin
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
250 Santri Ikuti OSN Zona Jateng-DIY di Temanggung Jelang 100 Tahun Pesantren Al-Falah Ploso
Terkini
Lihat Semua