Nasional

NU Turut Perkuat Bangunan Sosial di Afghanistan

Selasa, 18 Juni 2019 | 07:25 WIB

NU Turut Perkuat Bangunan Sosial di Afghanistan

NU Afghanistan (VOA Indonesia)

Jakarta, NU Online
Nahdlatul Ulama Afghanistan (NUA) didirikan oleh para ulama lokal. Terinspirasi dari NU di Indonesia, sekitar 6000 ulama Afghanistan dari berbagai kelompok dan faksi berupaya memperkuat konstruksi sosial agar perdamaian terwujud.

Terkait upaya para ulama Afghanistan itu, Direktur Moderate Muslim Society Zuhairi Misrawi menegaskan, berkumpulnya para ulama Afghanistan di NUA turut memperkuat konstruksi bangunan sosial di Afghanistan yang selama ini dipenuhi konflik saudara.
 
"Saya pribadi memang berjumpa dengan para ulama yang mendirikan NUA itu dan ternyata pengaruhnya memang sangat luar biasa. Karena pengalaman NU di Indonesia untuk membangun masyarakat melalui pesantren, lembaga perekonomian dan kesehatan dan lain-lainnya; ikut memperkuat konstruksi bangunan sosial di Afghanistan,” ujarnya seperti diwartakan VOA Indonesia, Selasa (18/6).

Menurutnya, ini merupakan sejarah yang penting bagi dunia, bahwa NU dan Indonesia dapat dijadikan role model dalam konteks pembentukan masyarakat sipil yang mendorong hidup damai, memperkuat demokrasi, pluralisme dan HAM.

Pendirian NUA pada Juni 2014 telah mampu membuat kelompok-kelompok yang bertikai di Afghanistan bisa duduk bersama di NU Afghanistan.

Beragam upaya telah dilakukan untuk menyudahi konflik selama hampir 18 tahun di Afghanistan. Baik lewat perundingan sebagaimana yang didorong oleh Utusan Khusus Amerika untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad; maupun jalur lain seperti pendidikan dan gerakan people-to-people yang digagas NU Afghanistan.

“Kita harus tahu bahwa mereka ini sesama Muslim dan warga Afghanistan berkonflik karena ideologi politik dan faktor intervensi negara lain,” jelas Zuhairi yang sempat mengikuti beberapa pertemuan NU Afghanistan.

Mereka jadi melupakan bahwa mereka itu satu agama, serumpun, satu bangsa dan sedianya dapat menjadi landasan membangun nasionalisme, dengan spirit cinta tanah air dan kebangsaan.

“Di Indonesia, agama konstruktif, dapat membangun kehidupan bermasyarakat; tetapi mengapa di Afghanistan agama justru digunakan sebagai alat konflik politik dan alat kekerasan dan terorisme. Pengalaman Indonesia ini yang mendorong Afghanistan belajar banyak,’’ ujar Zuhairi Misrawi.

Pada tahun 2016 lalu, tercatat NU Afganistan sudah mempunyai kepengurusan di 22 provinsi yang melibatkan lebih dari 6000 ulama berkebangsaan asli Afganistan. Kini NUA berupaya mengembangkan NU di 34 provinsi di Afghanistan.

NU Afganistan terpisah sama sekali secara struktural dari PBNU, tak seperti Pengurus Cabang Istimewa NU (PCINU) yang tersebar di mancanegara. Para ulama moderat Afganistan "mencangkok" NU dari Indonesia untuk mempercepat proses perdamaian di sana. (Fathoni)