Kemampuan menguasai bahasa Arab sangat penting dan wajib dikuasai oleh orang-orang yang ingin memperdalam agama Islam. Hal ini karena agama Islam diajarkan oleh Nabi Muhammad yang merupakan orang Arab dan Al-Qur'an sebagai pedoman dan petunjuk bagi umat manusia yang diturunkan kepada Nabi Muhammad juga menggunakan bahasa Arab.
Oleh karena yang demikian maka mutlak diperlukan penguasaan bahasa Arab jika ingin memahami agama Islam secara mendalam. Di samping itu hampir semua sumber dan literatur agama Islam ditulis dengan menggunakan bahasa Arab.
Urgensi menguasi bahasa Arab ini juga sangat diperlukan ditengah merebaknya para dai dan ustadz yang sok-sokan mengajarkan agama Islam tanpa pengetahuan bahasa Arab. Para dai tersebut dengan sesuka hatinya berusaha menafsirkan dan mentasrifkan kata berbahasa Arab untuk menarik jamaahnya. Akan tetapi justru tasrif kata berbahasa Arab yang disampaikan sangat kacau dan salah kaprah.
Tentu hal yang demikian tidak boleh terjadi, tanpa penguasaan bahasa Arab yang mumpuni justru ajaran agama Islam semakin banyak disalahpahami, sehingga malah menimbulkan pemikiran-pemikiraan yang justru bertentangan dengan ajaran Islam itu sendiri.
Meningkatkan penguasan bahasa Arab bisa dimulai dengan kemampuan membaca bahasa Arab atau sering dikenal dengan maharah qira’ah. Maharah qira’ah yakni kemampuan berbahasa dalam memahami kandungan makna berdasarkan tulisan dengan baik dan benar. Untuk mencapai tahapan pemahaman dibutuhkan langkah-langkah yang sistematis dan bertahap. Target pembelajaran keterampilan membaca (maharah qiraah) ini adalah mampu membaca teks arab dengan fasih, mampu menerjemahkan dan mampu memahaminya dengan baik dan lancar.
Kemahiran membaca mengandung dua aspek. Pertama, mengubah lambang tulis menjadi bunyi. Kedua, menangkap arti dari pada seluruh situasi yang dilambangkan dengan lambang-lambang tulis dan bunyi tersebut. Inti kemahiran membaca terletak pada aspek yang kedua. Namun tidaklah berarti bahwa kemahiran dalam aspek yang pertama tidak penting sebab kemahiran dalam aspek yang pertama mendasari kemahiran yang kedua.
Apabila diperhatikan serta jika dihubungkan fenomena ustadz yang tidak bisa berbahasa Arab, dengan kemampuan kemampuan bahasa Arab di kalangan Nahdlatul Ulama baik di pesantren maupun madrasah-madrasah rasanya sangat kontradiksi. Di NU penguasan bahasa Arab telah diajarkan sejak dini. Selain diajarkan sejak dini penguasan bahasa Arab juga sangat ditekankan dan harus dihapalkan.
Penelitian yang dilakukan M Sofyan Alnashr pada tahun 2018 dengan judul Penilaian Kemampuan Membaca Bahasa Arab Anak Kelas Rendah Madrasah Ibtidaiyah di Kabupaten Pati menunjukan bahwa kemampuan bahasa Arab telah diajarkan sejak dini dan dikuasi dengan baik.
M Sofyan Alnashr dalam penelitian yang dilakukan dengan dukungan bantuan Direktorat Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Dit PTKI) Direktorat Jenderal Pendidikan Islam (Ditjen Pendis) Kementerian Agama RI tahun anggaran 2018 tersebut menyimpulkan bahwa jumlah anak dengan nilai sangat baik berjumlah 11 anak, jumlah ini sama dengan anak yang nilainya baik.
Total dari nilai anak yang baik dan sangat baik berjumlah 22 anak atau 61 persen. Sementara anak dengan nilai cukup sebanyak 7 anak (19 persen) dan 6 anak atau 17 persen mendapat nilai kurang. Masih terdapat 1 anak (3 persen) yang masuk kategori butuh pendampingan khusus dalam hal kemampuan membaca Arabnya.
Dengan data ini dapat disimpulkan bahwa anak MI di Kabupaten Pati mempunyai kemampuan membaca Arab yang baik. Lebih dari 60 persen anak mampu membaca Arab dengan baik dan benar serta sesuai dengan tajwid (tartil).
Walhasil, penguasaan bahasa Arab mutlak diperlukan untuk memahami dan mendalami agama Islam, terlebih lagi jika penguasaan bahasa Arab ini diajarkan sejak dini, tentu akan menambah gairah berislam yang baik dan moderat dan memahami ajaran Islam secara baik dan komprehensif.
Penulis: Ahmad Khalwani
Editor: Kendi Setiawan