Bandung, NU Online
Menjelang pemilihan umum merupakan tahun rawan hoaks, ujaran kebencian dan fitnah. Demikian dikatakan Presiden Joko Widodo saat berbicara pada peringatan malam puncak Hari Santri 2018 yang digelar di Lapangan Gasibu, Bandung, Ahad (21/10) malam.
Presiden yang mengenakan sarung dipadu dengan baju koko, peci dan jas hitam, mengingatkan, ajaran agama tidak memperbolehkan fitnah, mencela, dan menjelek-jelekkan. Tetapi hal-hal seperti itu selalu saja terjadi di tahun-tahun politik seperti sekarang ini.
Fitnah dan ujaran kebencian, kata Jokowi, bisanya muncul menjelang pemilihan bupati, walikota, gubernur, dan presiden. Demi kepentingan politik jangka pendek, berbagai fitnah dan provokasi diproduksi yang implikasinya dapat memecah belah bangsa dan memunculkan permusuhan permanen.
“Silakan berbeda pilihan, itu tidak apa-apa. Namanya juga pesta demokrasi,” katanya di depan 10 ribu santri dan masyarakat umum yang memadati lapangan Gasibu Bandung sejak sore hari.
Diingatkannya, pilihan politik jangan sampai membuat antar elemen sebangsa dan setanah air saling menfitnah.
“Jangan percaya pada yang namanya hoaks. Kalau sudah menjelang tahun politik seperti ini banyak beredar kabar bohong dan fitnah-fitnah,” pungkasnya.
Peringatan Hari Santri ini dihadiri para pejabat, diantaranya Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Wagub Jabar UU Ruzhanul Ulum, dan Politikus PPP Romahurmuzy.
Peringatan Hari Santri Nasional pertama kali dilakukan tahun 2015 lalu, setelah presiden Joko Widodo menandatangani Kepres No 22 Tahun 2015 tentang Hari Santri yang jatuh setiap tanggal 22 Oktober. (Red: Fathoni)