Jakarta, NU Online
Rais ‘Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ma’ruf Amin menyebut bahwa sumber radikalisme di Indonesia bisa datang dari pendidikan dalam negeri dan luar negeri.
“Dari dalam negeri itu adanya lembaga-lembaga pendidikan yang melahirkan radikalisme ini,” kata Kiai Ma’ruf Amin pada acara Taushiyah Kebangsaan yang diselenggarakan Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Nahdlatul Ulama (Lakpesdam NU) di lantai 8, Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Senin (9/10).
Menurut kiai asal Banten ini, lembaga-lembaga pendidikan yang sudah kemasukan radikalisme tidak boleh dibubarkan, melainkan diubah supaya tidak melahirkan alumni-alumni yang tidak radikal.
Selain sumber dari pendidikan dalam negeri, juga ada yang dari luar negeri. Para pelajar dari luar negeri, kata Kiai Ma’ruf, tidak pernah belajar tentang kebangsaan, tidak pernah interaksi, tidak mengenal Panacasila, dan tidak mengenal NKRI.
“Pokoknya yang dia kenal itu Islam yang kemudian tidak memiliki korelasi dengan kehidupan dengan tatanan kebangsaaan kita, benturan lagi,” kata kiai yang menjadi anggota Dewan Pertimbangan Presiden pada 2007-2014.
Oleh karena itu, kata Kiai Ma’ruf, para pelajar lulusan pendidikan luar negeri sebaiknya dikarantina dulu, dilakukan penyesuaian-penyesuaian, pandangan-pandangannya disesuaikan dulu dalam bermasyarkat, berbangsa, dan bernegara.
“Jangan boleh dia langsung terjun ke masyarakat,” katanya.
Acara yang berbarengan dengan pembukaan Pendidikan Pengembangan Wawasan Keulamaan (PPWK) Dawrah II ini dihadiri kader syuriah NU dari 7 provinsi dan mahasiswi STAINU Jakarta serta akan dilaksanakan selama 5 hari. (Husni Sahal/Abdullah Alawi)