Nasional

Resep Keluarga Harmonis ala Gus Rifqil dan Ning Imaz

Kamis, 2 November 2023 | 07:00 WIB

Resep Keluarga Harmonis ala Gus Rifqil dan Ning Imaz

Gus Rifqil dan Ning Imaz dalam acara Justice Festival yang diadakan oleh HMPS HKI UIN SATU Tulungagung di Gedung Arief Mustaqim lantai 6 UIN SATU Tulungagung, Rabu (01/11/2023). (Foto: HMPS HKI UIN SATU)

Tulungagung, NU Online
Pengasuh Pesantren Mambaul Hikmah Kendal Jawa Tengah, Gus Rifqil Muslim menjelaskan arti dan makna sakinah mawaddah warrahmah. Mengutip Al-Qur'an Surat Ar-Rum ayat 21, sakinah bisa diartikan nyaman, tenang, tenteram dan aman. Kemudian mawaddah bisa diartikan cinta kasih. Sementara rahmah berarti sikap saling mengasihi.


"Sejatinya rasa nyaman adalah permulaan munculnya rasa cinta dan saling mengasihi," kata Gus Rifqil dalam acara Puncak Justice Festival yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Hukum Keluarga Islam (HKI) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Rabu (1/11/2023). 

 

"Di pernikahan ada yang namanya nadhar, khitbah dan nikah. Tidak ada pacaran. Nadhar adalah calon laki-laki melihat kepada wajah dan telapak tangan calon perempuan yang didampingi oleh mahram," kata Gus Rifqil.


Sementara khitbah, lanjut Gus Rifqil, adalah lamaran atau tunangan, baru setelah itu nikah. Ia menerangkan dalam rangka meraih samawa harus nadhar, karena supaya tidak menjadi kucing dalam karung. Artinya tiap-tiap calon punya pandangan dan pilihan. 

 

"Ada hadits tentang kriteria perempuan yang dinikahi ada 4 hal. Ini tergantung perspektif masing-masing. Sama halnya dengan adat, ia bisa dijadikan standar hukum selama tidak melanggar syariat," ujarnya. 

 

Menurut Gus Rifqil, pernikahan yang tidak dikomunikasikan tidak enak. Karena sesungguhnya tujuan pernikahan adalah ibadah kepada Allah dan menyenangkan keluarga. Maka, ada beberapa faktor dalam membentuk sakinah. Keluarga yang sakinah adalah komunikasi yang baik, dua arah. 

 

Gus Rifqil lantas menjelaskan, definisi pernikahan adalah perjanjian suci yang melibatkan Tuhan, yang di dalamnya terdapat syarat rukun yang telah ditentukan. Maka konsekuensinya sangat berat. 

 

"Esensi cinta sejati itu bukan i love you, tapi bilang qabiltu. Bilang qabiltu tak sesimpel i love you. Tapi harus ada syarat, proses dan rukunnya," tuturnya. 

 

Kata Gus Rifqil, jika ada masalah di dalam keluarga, maka yang diselesaikan masalahnya, bukan hubungannya. Perbedaan dalam pernikahan jangan sampai menimbulkan perpecahan, tapi malah harus menimbulkan persatuan.

 

Kebahagiaan paling tinggi
Sementara itu istri Gus Rifqil, Ning Imaz Fatimatuz Zahra menyampaikan, ketenangan adalah kebahagiaan paling tinggi. Ketenangan adalah cita-cita dalam pernikahan. Maka fase pernikahan perlu diatur, seperti halnya haji harus sudah mampu. Bukan sekadar usia, namun emosional, mental, finansial. 

 

Oleh karena itu, menurut Ning Imaz, pentingnya memiliki kriteria tertentu, agar tau yang dicari. Sementara syarat untuk mencapai ketenangan adalah memahami masing-masing pasangan. Kata dia, perempuan yang dibutuhkannya adalah dimengerti, karena perempuan butuh rasa aman, komitmen tidak akan menyakiti dan selalu menjaga. 

 

"Berbeda bagi laki-laki. Dalam pikiran mereka, kira-kira saya mampu nggak ya? Kalau perempuan, dia serius nggak ya sama saya? Makanya laki-laki tidak memberikan kepastian sebelum mapan secara finansial," bebernya. 

 

Ning Imaz kemudian mengungkap bagaimana cara mengetahui keinginan masing-masing, yaitu melalui komunikasi dan rasa hormat. Dari situ, hubungan akan menemukan pola komunikasi yang efektif. 

 

Pengasuh Pesantren Al-Ihsan Lirboyo Kediri ini menyampaikan, laki-laki butuh dihargai dan dihormati. Perempuan perlu mengapresiasi segala yang dilakukan suami kepadanya, baru si perempuan ingin dimengerti. 

 

"Sehingga jika memiliki pola komunikasi yang efektif, kita saling terbuka dan merasa nyaman. Memiliki signifikansi kehidupan yang baik. Lebih mudah mengoptimalkan segala pekerjaannya, pada akhirnya punya support system," pungkasnya.


Kontributor: Achmad Subakti