Nasional

Sebelum Ada Sekolah, Pesantren Jadi Mata Air Ilmu

Ahad, 22 Oktober 2017 | 10:09 WIB

Jakarta, NU Online
Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Helmy Faisal Zaini mengungkapkan, pesantren menjadi sumber ilmu bagi masyarakat di Nusantara jauh sebelum ada sistem sekolah yang diperkenalkan oleh penjajah.

“Pendiri Budi Utomo, Dr Soetomo mengatakan bahwa jauh sebelum Hindia Belanda mendirikan sekolah, pesantren sudah menjadi mata air ilmu di masyarakat,” kata Helmy saat memberikan sambutan dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional di Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari Daan Mogot Jakarta, Sabtu (21/10) malam.

Maka dari itu, ia menyimpulkan bahwa pesantren sebetulnya lebih awal dalam upaya membentuk karakter jatidiri bangsa ini sesuai dengan nilai-nilai persatuan, toleransi, dan gotong royong.

“Ternyata santri lebih jauh awal membentuk karakter bangsa,” katanya.

Ia mengaku bersyukur dengan ditetapkannya Hari Santri Nasional oleh Presiden Joko Widodo dua tahun lalu. Baginya, penetapan hari santri tersebut adalah upaya untuk mengapresiasi terhadap apa yang telah dilakukan oleh santri terhadap negeri ini.

Dulu santri ikut serta berjuang dalam melawan penjajah kolonial, saat ini tidak sedikit santri yang menempati posisi-posisi strategis baik di birokrasi pemerintahan ataupun di lembaga-lemabaga swadaya masyarakat.

“Presiden menetapkan hari santri sebagai apresiasi perjuangan santri,” tuturnya.

Hadir dalam acara tersebut Wakil Ra’is ‘Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Ketua PBNU KH Marsudi Syuhud, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Ketua Umum PKB Abdul Muhaimin Iskandar, serta ribuan Nahdliyin.   

Peringatan Hari Santri Nasional yang diselenggarakan oleh Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) DKI Jakarta ini dibuka dengan arak-arakan Marching Band. Sebelum tiba di Masjid Raya KH Hasyim Asy’ari, rombongan arak-arakan tersebut mengunjungi beberapa pesantren yang ada di Jakarta seperti Pesantren Az Ziyadah, Pesantren As Siddiqiyah, dan Pesantren Al Itqon.

Peringatan Hari Santri Nasional tahun ini diwarnai dengan pembacaan 1 miliar salawat Nariyah serentak di seluruh Indonesia. (Muchlishon Rochmat/Abdullah Alawi)