Jakarta, NU Online
Direktur Utama Badan Usaha Logistik (Bulog) Budi Waseso menyanyangkan keadaan bahwa Indonesia terlalu terlena dengan impor. Kondisi ini akan sangat berbahaya dalam konteks ketahanan pangan tanah air.
"Kalau kita ketergantungan dengan impor maka bisa kita bayangkan dikala kita ini diembargo pangan," katanya dalam peluncuran aplikasi Rumah Pangan Santri di Gedung PBNU lantai 8, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Rabu (3/10).
Impor itu, menurutnya, membuat ketergantungan. Orang-orang di daerah yang baik ditanami jagung, singkong, hingga garan atau lainnya menjadi enggan untuk menanamnya. Sebab, terlena dengan kemudahan pembelian.
Padahal, mengutip Bung Karno, ia mengatakan Indonesia merupakan negara agraris. Dari Sabang sampai Merauke, menurut Buwas, Indonesia kaya akan pangan.
Lebih lanjut, ia menceritakan bahwa Indonesia memiliki cadangan 450 juta ton sagu di Papua. Hal ini, menurutnya, tidak pernah dilirik dan tidak pernah dilihat. "Sebenarnya, sagu ini potensi untuk kita manfaatkan sebagai barter pangan kalau kita memang butuh beras," terangnya.
Budi Waseso hadir di PBNU dalam kerjasama peluncuran aplikasi Rumah Pangan Santri yang digagas PBNU dan Bulog. Aplikasi ini semula digagas oleh KH Ma’ruf Amin semasa menjabat sebagai Rais ‘Aam. PBNU juga menerima hibah beras, minyak goreng, gula, dan tepung terigu, masing-masing 10 ton. (Syakir NF/Ahmad Rozali)