Jakarta, NU Online
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj (Kang Said) mengingatkan perlunya menghayati Islam Nusantara agar menjaga dari kemerosotan moral, kemorosotan budaya, akhlak yang dapat menghilangkan karakter.
Cara mencegah hal tersebut, menurutnya, dengan Islam Nusantara, yaitu Islam yang menghormati budaya, tradisi, menghormati kearifan lokal, selama tradisi itu tidak bertentangan dengan syariat Islam.
Ia mencontohkan Negara-negara Arab yang sudah kehilangan kepribadian, kehilangan jati diri, perang terus menerus yang berakibat pada hilangnya jutaan nyawa.
“Tapi kita punya Islam Nusantara, Islam yang menjaga budaya, kearifan lokal. punya karakter, jati diri, Islam yang menghormati ukhuwah wathaniyah dan insaniyyah,” kata Kang Said saat menyampaikan sambutan pada acara Kongres Ke-III Pencak Silat Nahdlatul Ulama (PSNU) Pagar Nusa di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (3/5).
“Kita jungjung tinggi Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan adalah sunnatullah,” tambahnya.
Dengan Bhineka Tunggal Ika tersebut, ia menegaskan agar warga NU tidak mencaci maki siapapun yang berbeda.
“Tidak boleh mencaci perbedaan warna kulit, budaya, bahasa, tradisi begitu pula kita tidak boleh mencaci perbedaan agama,” tegasnya.
Ia menjelaskan, karena dakwah yang tidak menggunakan caci-maki adalah dakwah yang berakhlak dan berbudaya. (Husni Sahal/Alhafiz K)