Syarif Abdurrahman
Kontributor
Banyuwangi, NU Online
Rais Syuriah PBNU KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) memberikan tips cara mengelola emosi agar tidak merugikan orang lain.
Bagi Gus Baha, jangan sampai keburukan dan kesumpekkan seseorang mengganggu orang lain. Pesan ini disampaikannya saat ngaji bersama smart santri Banyuwangi, Rabu (22/6).
Acara ini diikuti oleh santri, warga, hingga ASN dan digelar secara virtual, disiarkan langsung melalui YouTube Kabupaten Banyuwangi. Ikut hadir serta Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani R.
"Islam menyarankan uzlah (menyepi) saat penat, bawaan emosi, sebaiknya jangan jalan-jalan di lingkungan manusia. Karena ajaran Islam itu harus tersenyum, atau wajahnya ceria," jelas Gus Baha.
Dalam keterangan Gus Baha, ia mengutip dari kitab yang sangat otoritatif yaitu Kitab Shohih Muslim. Kitab ini menjadi pegangan Ulama seluruh dunia dan ulama Ahlussunah wal Jama'ah. Masuk dalam kitab enam dari hadis yang utama.
Lebih spesifik, Gus Baha mengutip dari bab Iman dengan judul Bayani kauni iman Billah, afdolul iman. "Di sana, ada pesan Nabi, kamu dalam ber-Islam cukup menjaga supaya kejelekan kamu tidak punya dampak kepada orang lain. Kejelekan di sini bisa bermaksud seperti kriminal, pidana merugikan orang atau kegiatan tidak kriminal tapi bisa merugikan orang lain," ujarnya.
Gus Baha menjelaskan, alasannya berpendapat menggunakan langsung kitab Bukhari agar subyektifitasnya tidak terlalu tinggi.
Selain itu, ia ingin mewariskan kepada masyarakat adalah pesan Nabi. Khawatirnya kalau tidak pakai kitab hadist, yang ia sampaikan pikiran pribadi. Terkadang pikiran tersebut tidak mewakili Islam.
"Saya ngaji pakai kitab agar yang disampaikan bukan atas dasar keinginan sendiri. Namun, menyampaikan ilmu Allah, agama Allah," tegas tokoh agama asal Rembang ini.
Ringkasnya, kata Baha, kaidah dalam Islam itu jika tidak berbuat baik, maka potensi keburukan kita jangan menimpa orang lain. Kaidah sederhana ini perlu diterapkan agar tidak timbul kerusakan.
Gus Baha mencontohkan, saat mengalami sumpek atau galau kita tidak perlu main ke teman atau menemui seseorang yang sedang kerja, cari nafkah, ngaji dan menyebabkan dia dimarahi. Itu tidak boleh. Karena keburukan kita punya akibat pada orang lain.
Dilanjutkannya, ada saat ketika seorang itu ketemu orang hawanya ingin ngomong tidak enak dan emosional. Ini baiknya uzlah saja. Mengurung diri di kamar, atau isolasi sendiri. Ini kearifan Rasulullah.
"Namun, karena sedang ada masalah keluarga dan memikirkan kredit atau utang. Sehingga bawaannya emosi, jika dalam keadaan begini maka baiknya menutup diri atau uzlah. Kata Rasulullah, di zaman akhir salah satu kebaikan itu yaitu meninggalkan manusia agar tidak terkena keburukan kamu," imbuh Gus Baha.
Dikatakan Gus Baha, Rasulullah juga berpesan pada hakim jangan memberikan keputusan saat emosi amarahnya sedang memuncak. Karena logikanya tidak terkontrol. Ini bahaya sekali.
"Begitu juga jangan kasih keputusan saat dalam keadaan sibuk banget, laper banget, dan kenyang banget. Ini berlaku untuk pejabat, kiai dan tokoh masyarakat," ujarnya.
"Seseorang itu tidak boleh merugikan diri sendiri dan merugikan orang lain. Ini amal ibadah yang sudah mulai ditinggal kan," tutup Gus Baha.
Kontributor: Syarif Abdurrahman
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua