Semarang, NU Online
Universitas Islam Negeri (UIN) Wali Songo Semarang menutup rapat-rapat gerakan radikalisme yang berpotensi menjadi pemicu awal pembiakan ancaman terorisme di kampus maupun masyarakat.
Rektor UIN Walisongo Semarang Prof Imam Taufiq mengatakan, sikap menutup rapat-rapat atau tidak akan memberi peluang terhadap gerakan radikalisme di kampus sudah menjadi kesepakatan seluruh warga PTAIN yang dipimpinnya.
“Nama Wali Songo sangat identik dengan Islam moderat yang kini menjadi arus utama moderasi dunia. UIN Wali Songo punya tanggung jawab menggelorakan spirit moderasi, sekaligus membentengi masyarakat dari ancaman itu," ujar Imam Taufiq di Semarang, Sabtu (27/7)
Menurutnya, Spirit itu kini tumbuh subur dan sangat mengakar di kampus, sehingga tidak ada ruang dan peluang sedikitpun bagi pembawa ide radikalisme – terorisme untuk bergetak mencari mangsa di kampus ini.
"Menseterilkan kampus, dari pengaruh dan ancaman extra ordinary crime itu, menjadi kebijakan utamanya hingga menjadikan kejahatan yang menjadi musuh bersama masyarakat internasional tidak hanya ditolak, tetapi tertolak di kampus ini," tegasnya.
Dia menambahkan, untuk mewujudkan tekad itu dengan melalui berbagai cara dan metode senantiasa diupayakan agar motivasi dan semangat kewaspadaan, deteksi dini, cegah dini dan lapor cepat begitu muncul ancaman melekat pada sanubari semua warga kampus.
Spirit itu, tutur Imam, tidak hanya tertanam di internal kampus saja, tetapi juga merambah ke seluruh jejaring sosial yang menjadi mitra sinergi UIN Wali Songo.
Misalnya dengan sejumlah lembaga pendidikan sekolah/madrasah dan pesantren yang menjadi sumber rekrutmen SDM UIN Wali Songo telah tersinergi untuk bersama-sama menolak gerakan radikal – teror.
“Kendati pintu sudah tertutup rapat, namun kami semua selalu berupaya agar tidak lengah, sehingga tidak ada celah masuknya berbagai macam ancaman dan pengaruh buruk,” pungkasnya.
Prof Imam menyampaikan, menghadapi tantangan ke depan sebuah lembaga perguruan tinggi terkait revolusi 4.0, dibutuhkan sinergitas berbagai semua pihak.
“Tidak dipungkiri di tengah semua sosiati data, maka semua melakukan skenario aspek 4.0. Sehingga akselerasi kampus dalam mensupport dengan progam-progam 4.0 segera dilakukan. Tidak ada lagi tempat kecuali harus melakukan adaptasi ini,” jelasnya.
Menurutnya, saat ini Indonesia atau masyarakat Jawa Tengah termasuk kampus UIN tertantang oleh problem-problem radikalisme dan terorisme. “Saya yakin isu-isu moderasi menjadi penting. Kami juga berencana menjadikan kampus sebagai konsep moderasi dari aspek ICC IT,” tegasnya.
Melalui konsep tersebut, bagaimana menjadikan kampus sebagai sumber refrensi-refrensi moderasi salafiyah mulai dari segi konten, program, riset dan yang lainnya yang menjadi penting.
Mengahadapi hal itu, ke depan kampus akan membangun dan menambah beberapa ma’had (pondok mahasiswa). Di samping itu juga mengajak 29 pondok yang ada di sekitar kampus untuk bekerjasama melakukan diskusi-diskusi. (Samsul/Muiz)