Vaksin Covid-19 Paling Mujarab adalah Patuhi Protokol Kesehatan
Rabu, 11 November 2020 | 09:00 WIB
Aru Lego Triono
Kontributor
Jakarta, NU Online
Saat ini, masyarakat Indonesia dinilai sedang euforia karena rencananya pada akhir tahun nanti, vaksin Covid-19 akan segera diluncurkan pemerintah dalam mengatasi virus mematikan ini. Namun sesungguhnya, perjalanan vaksin tersebut masih sangat panjang.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) NU Peduli Covid-19 Malang Raya dr Syifa Mustika menyebut, vaksin yang dijanjikan akan keluar pada akhir tahun mendatang baru memasuki tahap ketiga, yakni pada fase uji coba.
Menurut dia, akan menjadi riskan jika masyarakat Indonesia justru bergantung pada vaksin yang akan diluncurkan oleh pemerintah. Padahal, dr Syifa menegaskan bahwa hal terpenting dalam menghadapi virus ini adalah pencegahannya.
“Maka vaksin yang paling mujarab menurut saya adalah dengan berdisiplin menjalankan protokol kesehatan seperti pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” katanya, kepada NU Online, pada Selasa (10/11) malam.
Dikatakan bahwa memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, ditambah dengan menghindari kerumunan sudah ada risetnya. Hal itu, jika terus-menerus dilakukan dapat mencegah penularan Covid-19 di atas 90 persen.
“Jadi hanya cukup seperti itu, bisa mencegah virus. Itu kan sebenarnya yang paling aman,” ungkap Dosen di Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur ini.
“Cuma masalahnya yang menjadi tantangan kita saat ini adalah untuk membiasakan itu. Mengubah (protokol kesehatan) itu menjadi habit (kebiasaan) di masyarakat. Itulah tantangan kita ke depan,” imbuh dr Syifa.
Ia menuturkan, cara terbaik untuk membuat masyarakat disiplin menjalankan protokol kesehatan adalah dengan saling bersinergi satu sama lain. Diakui dr Syifa, Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya tidak bisa melakukan berbagai edukasi sendiri. Perlu dan butuh sinergi juga dari pemerintah setempat.
“Nah, untungnya di Malang Raya ini kami sangat dibantu oleh para kiai, alim ulama, pengasuh pesantren. Mereka sudah mulai sejalan dengan kami karena telah mendapat penjelasan mengenai Covid-19. Mereka paham sehingga dapat membantu kami untuk mengedukasi masyarakat,” jelasnya.
Sekarang, kata dr Syifa, kunci untuk menghadapi dan mengatasi Covid-19 adalah dengan edukasi. Berbagai sanksi yang diberikan kepada masyarakat jika kedapatan tidak mematuhi protokol kesehatan, seperti yang juga sudah diberlakukan di Malang Raya, tidak cukup efektif dilakukan sebagai cara untuk mengatasi virus ini.
“Memang kuncinya adalah edukasi dan tidak boleh bosan,” ucap Konsultan Gastroenterohepatologi di RSUD dr Saiful Anwar, Malang, Jawa Timur ini.
Hadapi Covid-19 bak lari maraton
Dikatakan dr Syifa, selama delapan bulan pandemi berlangsung, pihaknya selalu masif untuk terus melakukan screening ke pesantren dengan mengadakan rapid test. Berbagai cara telah dilakukan agar masyarakat mampu terus bertahan menghadapi Covid-19.
“Namun (menghadapi Covid-19) ini ibarat lomba lari. Kalau dulu kita sprint, tapi kalau sekarang ini maraton. Jadi kita harus menyimpan banyak energi dan menyiapkan strategi karena pandemi ini akan masih berlangsung panjang,” ungkap dr Syifa.
“Jadi kita mengubah giat kita menjadi bentuk edukasi,” imbuhnya.
Edukasi dengan metode ceramah pun masih dirasa kurang efektif. Oleh karena itu, Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya saat beralih ke platform yang benar-benar bisa dengan mudah dipahami masyarakat.
“Makanya kita mengambil platform, seperti video edukasi. Kalau dulu kita sering adakan webinar, tapi sekarang sepertinya orang sudah mulai bosan dengan itu, sehingga akhirnya kemarin kami berpikir untuk membuat buku dan video edukasi tentang Covid-19,” jelasnya.
Luncurkan video dan buku edukasi
Kemarin, Selasa (10/11), bertepatan dengan peringatan Hari Pahlawan 2020, Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya meluncurkan buku dan video edukasi. Momentum Hari Pahlawan dinilai sebagai waktu yang tepat untuk meluncurkan dua model edukasi itu.
Sebab, menurut dr Syifa, perjuangan saat ini bukanlah dengan melawan dan menghadapi penjajah sebagaimana para pahlawan kemerdekaan tempo lalu. Kini, bangsa Indonesia harus bisa berhasil dalam berjuang melawan virus.
“Maka kami merasa pas kalau (buku dan video edukasi) diluncurkan tepat pada Hari Pahlawan 10 November sebagai apresiasi kepada tenaga kesehatan dan relawan yang berjuang di garda terdepan menghadapi Covid-19,” ucapnya.
Buku edukasi berjudul ‘The New Normal Life’ yang berjumlah 180 halaman itu diluncurkan secara luring dan daring, kemarin. Buku tersebut tersedia di Tokopedia dan telah dijual beberapa waktu lalu sebelum acara peluncuran secara pre-order dan dengan harga khusus.
“Harganya 70 ribu rupiah. Seluruh hasil penjualan buku murni kami donasikan untuk pencegahan dan penanganan Covid-19,” ungkap dr Syifa.
Buku itu adalah hasil karya dr Syifa dibantu Tim Editor dari Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya. Materi-materi di dalamnya juga terdapat sumbangsih dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Malang.
“Karena di dalamnya ada pembahasan mengenai pandemi dari perspektif Islam. Jadi, dalil-dalilnya versinya beliau-beliau (di PCNU). Kemudian, itu juga menyarikan dari hasil bahtsul masail dari Lembaga Bahtsul Masail (LBM) PBNU mulai dari awal tentang pandemi, puasa, shalat ied, kita rangkum di situ,” tuturnya.
Selain itu, buku tersebut juga menyajikan materi lain yang dirangkum dari Keputusan Menteri Kesehatan (KMK). Sebelum diluncurkan, kata dr Syifa, buku itu sempat direview oleh Direktorat Jenderal (Dirjen) Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Setelah direview, kemudian ada pengantar dari Pak Terawan (Menkes) di buku kami. Karena kan memang tidak boleh bertentangan dengan KMK yang dikeluarkan Kemenkes RI. Harapannya, buku ini bisa kita distribusikan terutama target kita adalah ke pesantren,” ujar dr Syifa.
Video edukasi
Selain buku, Satgas NU Peduli Covid-19 Malang Raya juga meluncurkan video edukasi berdurasi lima menit. Video itu berisi imbauan, ajakan, dan renungan kepada masyarakat untuk benar-benar mempraktikkan protokol kesehatan.
“Jadi kalau bisa jika tidak penting-penting jangan keluar rumah. Tapi kalau memang karena tuntutan pekerjaan yang mengharuskan keluar rumah, tolong patuhi protokol kesehatan seperti pakai masker, cuci tangan, dan jaga jarak,” ungkap dr Syifa.
“Nanti kami bagikan di media sosial. Akan diunggah juga di kanal youtube Dokter Santri Official Account PDNU. Kami juga sudah siapkan yang versi satu menit untuk diunggah di Instagram,” tambahnya.
Ia berharap agar Covid-19 segera berlalu. Kepada masyarakat, ia menegaskan bahwa mungkin saja pandemi ini akan terus membersamai kehidupan hingga satu atau dua tahun ke depan. Oleh karena itu, komitmen untuk menghadapi virus ini tidak bisa dikerjakan oleh satu pihak saja.
“Kita harus bersama-sama untuk terus menyampaikan edukasi ke masyarakat mengenai new normal life atau tatanan kehidupan yang baru,” katanya.
Menurutnya, new normal bukan diartikan bahwa kehidupan sudah bisa dilakukan seperti semula. Melainkan new normal adalah tatanan kehidupan baru yang beradaptasi dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
“Itulah yang harus sama-sama kita beri pemahaman kepada masyarakat. Semuanya membutuhkan waktu dan tidak bisa seperti membalikkan telapak tangan. Mungkin untuk mengubah kebiasaan ini butuh satu generasi, lima sampai sepuluh tahun, tapi saya kira ini adalah proses yang harus kita lalui,” ungkap dr Syifa.
Tujuan dan harapannya, imbuh dr Syifa, masyarakat Indonesia bisa tetap survive dan bertahan dalam menghadapi atau mengatasi Covid-19 ini.
Pewarta: Aru Lego Triono
Editor: Musthofa Asrori
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Gambaran Orang yang Bangkrut di Akhirat
2
Khutbah Jumat: Menjaga Nilai-Nilai Islam di Tengah Perubahan Zaman
3
Khutbah Jumat: Tolong-Menolong dalam Kebaikan, Bukan Kemaksiatan
4
Khutbah Jumat: 2 Makna Berdoa kepada Allah
5
Khutbah Jumat: Membangun Generasi Kuat dengan Manajemen Keuangan yang Baik
6
Rohaniawan Muslim dan Akselerasi Penyebaran Islam di Amerika
Terkini
Lihat Semua