Cara Unik di Jombang, Usir Covid-19 dengan Kirab Doa Pager Bumi
Senin, 9 November 2020 | 23:00 WIB
Peserta kirab doa pager bumi dengan memakai motor mengitari rute kirab. (Foto: NU Online/Syamsul Arifin)
A. Syamsul Arifin
Kontributor
Jombang, NU Online
Ikhtiar warga Nahdlatul Ulama (NU) di Kabupaten Jombang, Jawa Timur untuk menghalau Covid-19 masih terus dilakukan hingga sekarang. Dengan harapan dalam waktu yang tidak lama lagi virus membahayakan tersebut segera sirna dan kondisi kembali normal seperti sedia kala.
Cara yang dilakukan meliputi ikhtiar lahir dengan meningkatkan kedisiplinan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Juga usaha batin dengan melestarikan warisan doa leluhur yang dianggap ampuh mengusir mara bahaya yang menimpa masyarakat. Di antaranya seperti kirab doa pager (pagar) bumi dengan menggunakan motor.
Demikian inilah yang dilakukan Nahdliyin Kecamatan Kesamben, Jombang yang tergabung dalam Gerakan Pemuda (GP) Ansor dan Banser.
“Doa pager bumi ini adalah amalan dari Hadratussyekh KH M Hasyim Asy’ari sebagai tolak bala. Semoga dengan ikhtiar ini wilayah Kesamben terbebas dari marabahaya serta virus Covid-19,” kata Nuruddin Suryanulloh, Senin (9/11).
Sekretaris Pimpinan Anak Cabang (PAC) GP Ansor Kesamben ini menjelaskan, kirab tersebut untuk membentengi suatu wilayah dari bala. Teknisnya hampir sama dengan kirab pada umumnya, yang membedakan adalah peserta kirab harus membaca doa atau syair li khomsatun sepanjang rute kirab sembari diiringi dengan tabuhan rebana banjari.
Pria yang juga anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) itu menambahkan, syair tersebut berasal dari pendiri tarekat Syadziliah, yakni Imam Abu Hasan Asy-Syadzili. Sementara pewaris sanad doa syair itu di Indonesia adalah pendiri NU, Hadratussyekh KH M Hasyim Asy'ari.
"Teks syair itu ada di kitab Majmu'atul Ahzab Asy-Syadziliah. Kitab tersebut berisi kumpulan hizib atau doa-doa milik Imam Abu Hasan Asy-Syadzili yang dikumpulkan oleh Syaikh Dziya' ad-Din Ahmad bin Musthafa bin Abdurrahman. Oleh Kiai Hasyim diijazahkan sebagai doa tolak bala bagi semua kalangan khususnya Nahdliyin," jelasnya.
Adapun rute kirab dimulai dari Balai Desa Kedungbetik pukul 14.00 WIB, kemudian bergerak ke sejumlah desa yang ada di Kesamben. Seperti Desa Pojokkulon, Gumulan, Jatiduwur, Jombatan, Podoroto, Kesamben, Pojokrejo, Wuluh, Blimbing, Jombok, Carangrejo, Kedungmlati, dan berakhir di Desa Kedungbetik pukul 16.30 WIB.
"Agar menambah khidmat sekaligus menambah semarak, peserta kirab membawa Ansor, Banser, IPNU karena juga ada perwakilan dari IPNU, dan bendera merah putih," ungkapnya.
Disinggung terkait kekhawatiran akan mempermudah sebaran Covid-19 lantaran melibatkan massa, ia menegaskan, para peserta diwajibkan mematuhi protokol kesehatan. Mereka membawa masker dan harus berjarak.
“Kami tetap memperhatikan protokol kesehatan dan etika berlalu lintas, para peserta diwajibkan menggunakan masker, dan memakai helm," pungkasnya.
Pewarta: Syamsul Arifin
Editor: Ibnu Nawawi
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 4 Maksiat Hati yang Bisa Hapus Pahala Amal Ibadah
2
Khutbah Jumat: Jangan Golput, Ayo Gunakan Hak Pilih dalam Pilkada!
3
Poligami Nabi Muhammad yang Sering Disalahpahami
4
Peserta Konferensi Internasional Humanitarian Islam Disambut Barongsai di Klenteng Sam Poo Kong Semarang
5
Kunjungi Masjid Menara Kudus, Akademisi Internasional Saksikan Akulturasi Islam dan Budaya Lokal
6
Khutbah Jumat Bahasa Sunda: Bahaya Arak keur Kahirupan Manusa
Terkini
Lihat Semua