Pacitan, NU Online
Ibnu Mughni Labib, santri Pesantren Tremas Pacitan tiba-tiba menjadi viral di media sosial dan pemberitaan di berbagai media nasional. Saat Presiden Jokowi berkunjung ke salah satu pesantren tertua di Indonesia itu, Ibnu merupakan satu dari ribuan santri yang ditunjuk Presiden Jokowi untuk maju menghafalkan Pancasila.
Namun, bukan saja karena keberhasilnya yang mampu menghafalkan Pancasila dengan sempurna, dia berhasil mencuri perhatian para jurnalis saat memberanikan diri meminta izin kepada Presiden untuk membaca puisi yang dibuatnya sendiri.
“Pak, boleh minta waktu tidak, Pak, untuk membacakan puisi?” pinta Ibnu seusai menyebutkan sila-sila Pancasila di hadapan Presiden Jokowi yang berdiri bersama pengasuh pesantren Tremas KH Fuad Habib Dimyathi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, dan Gubernur Jawa Timur Soekarwo, Sabtu (9/12).
“Enggeh mpun boleh, sebentar, jangan panjang-panjang, puisinya saya baca dulu nggeh, saya tidak bisa baca, tulisanya kecil-kecil,” kata Presiden disambut ger ribuan santri yang memenuhi halaman masjid pesantren tersebut.
Ibnu yang berasal dari Banyumas Jawa Tengah ini kemudian mulai membacakan puisinya.
Khalifah Kami
Di hari ini,
Di Pondok Tremas yang kami cintai.
Datang bak seorang malaikat,
Yang datang bagai merpati.
Dengan anggun mengobati gerah hati ini,
Akibat air bah yang mertamu di pondok kami.
Dengan semangatnya memacu energi kami,
Agar kami kuat menghadapi kenyataan ini.
Kucium semerbak harum akan pengabdian sejati,
Beliaulah khalifah negeri ini.
Bukan negeri Islam yang pasti, tapi negeri yang penuh cinta, warna dan budaya.
Beliaulah khalifah kami, pemimpin kami,
Beliaulah Bapak Jokowi
Ibnu pun disambut tepuk tangan riuh ribuan santri.
“Saya bawa ya (kertas puisi),” ucap Presiden Jokowi sambil meminta secarik kertas yang dibawa Ibnu. Raut muka Ibnu tampak terkejut, seakan tak percaya puisi yang dibaca dan ditulisnya itu diminta Presiden.
Ibnu kemudian berjalan untuk kembali ke tempat semula. Namun, baru beberapa langkah, dia kembali berjalan ke arah Presiden Jokowi untuk menanyakan hadiah sepeda. Maklum, dalam berbagai kesempatan kunjungan kerja ke daerah, Presiden Jokowi sering memberikan kuis berhadiah sepeda kepada santri.
“Terose niki kon nyuwun sepeda teng Pak Jokowi (katanya suruh minta sepeda kepada Pak Jokowi)?” tanya Ibnu.
“Kok terose, lha Mas Ibnu pingin mboten? (Kok katanya, Mas Ibnu ingin tidak)?” tanya Presiden kepada Ibnu.
“Inggeh monggo kerso (iya, terserah),” jawab Ibnu.
“Lha monggo kerso, inggeh mboten mawon (kalau terserah, berarti tidak usaha saja),” timpal Presiden.
Lagi-lagi percakapan santri dengan kepala negara ini mengundang gelak tawa seluruh yang hadir.
“Inggeh mboten nopo-nopo (iya tidak apa-apa),” cetus Ibnu lagi.
Presiden Jokowi yang saat itu tidak membawa sepeda, berjanji akan mengirimkan langsung kepada Ibnu.
“Saya ini enggak bawa sepeda. Tapi besok saya kirim sampai ke sini. Sudah, empun. Besok saya kirim, alamatnya diberi ke ajudan,” ujar Presiden.
Namun Ibnu tidak perlu menunggu sampai hari esok, dua jam setelah Presiden Jokowi dan rombongan berpamitan meninggalkan pesantren Tremas, salah seorang Staf Kepresidenan datang mengantarkan sepeda kepada Ibnu. Dia pun sah memiliki sepeda yang bertuliskan Hadiah Presiden Jokowi.
Ditemui NU Online di kantor pesantren Tremas, Ibnu tidak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Dia sangat senang dan terharu bisa memberikan hadiah puisi kepada Presiden.
“Rasanya campur aduk, antara senang dan terharu,” kata Ibnu.
“Alhamdulillah. Terima kasih, Bapak Jokowi,” katanya dengan nada ngapak Banyumas yang kental. Rencananya sepeda itu akan dia gunakan untuk sarana berziarah tiap hari Jumat ke makam sesepuh Pesantren Tremas KH Abdul Manan Dipomenggolo di makam bukit Semanten yang terletak 10 km dari pesantren Tremas. (Zaenal Faizin/Abdullah Alawi)