Nasional

Wakil Rais Aam: NU Sangat Kehilangan KH Sholeh Qosim

Jumat, 11 Mei 2018 | 12:44 WIB

Wakil Rais Aam: NU Sangat Kehilangan KH Sholeh Qosim

KH Miftah saat takziah ke KH Sholeh Qosim (foto: Ainul Yaqin)

Jakarta, NU Online 
Wakil Rais Aam PBNU KH Miftahul Akhyar menilai, wafatnya KH Sholeh Qosim yang berusia 88 tahun merupakan kehilangan besar bagi warga NU, umat Islam Indonesia secara umum. Sehingga, ia secara khusus, mewakili PBNU, menyempatkan diri bertakziyah melakukan penghormatan terakahir kepada almarhum. 

“Saya atas nama pribadi dan PBNU takziyah ke kediaman KH Sholeh Qosim. Kita kehilangan kiai sepuh,” katanya ketika diwawancarai NU Online dari Jakarta, Jumat (11/5) malam, sembari menceritakan ia bertakziah kepada almarhum pagi tadi. 

Menurut dia, Kiai Sholeh Qosim, yang merupakan adik ipar dari KH Imron Hamzah, dikenal di tingkat pusat tidak hanya di kalangan NU, tapi di kalangan pejabat pemerintah. 

Sebagaimana diketahui, pada satu momentum HUT TNI tahun lalu, Presiden Joko Widodo sempat mencium tangannya. Ia diundang pada acara itu karena merupakan seorang laskar Sabilillah yang turut berjuang pada peristiwa 10 November di Surabaya.  

Kiai Miftah melanjutkan, Kiai Sholeh adalah kiai sepuh yang memiliki semangat yang luar biasa. Sebelum dia wafat, di pagi harinya, masih sempat mengikuti kegiatan Jamiyyah Ahlith Thariqah Al Mu'tabarah An Nahdliyyah (JATMAN), sebuah banom bidang tarekat di NU untuk tingkat Jawa Timur. Kemudian wafat saat sujud pada Saalat Maghrib di kediamannya, Sidoarjo.

“Ini merupakan petunjuk husnul khatimah dia,” katanya. 

Ia menambahkan, meninggal seorang alim seperti sosok Kiai Sholeh ibarat retaknya sebuah bangunan yang sempurna. Keretakan itu tidak akan pernah tersempurnakan lagi karena seorang alim tersebut membawa pergi ilmu, kelebihan, kebijaksanaannya, dan lainnya. 

Karena, sambungnya, ketika seorang alim wafat, yang ditinggalkannya paling juga hanya 10 persen. Sementara sisanya terbawa dengan sendirinya. 

Namun demikian, ia mengajak untuk meneladani sifat Kiai Sholeh Qosim yang semangat hingga usia tua, mau mendengarkan kepada yang lebih muda, sabar, tapi juga tegas. 

“PBNU sangat kehilangan Kiai Sholeh Qosim. Semoga lahir kembali Kiai Sholeh Qosim-Kiai Sholeh Qosim yang lain,” harapnya. (Abdullah Alawi)