Nyai Suryani Santri Mbah Hasyim Asy'ari Wafat di Usia 102 Tahun
NU Online Ā· Ahad, 28 Maret 2021 | 03:30 WIB
Akhmad Syarief Kurniawan
Kontributor
Lampung Tengah,Ā NU Online
Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Salah seorang santri Mbah Hasyim Asy'ari yaitu Nyai Suryani meninggal dunia dalam usia 102 tahun di Rumbia, Lampung Tengah,Ā pada SelasaĀ 23 Maret 2021.
Ā
Berdasarkan penelusuran NU Online,Ā Nyai SuryaniĀ berdomisili di Kampung Bina Karya Utama, Kecamatan Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah. Nyai Suryani dimakamkan di Komplek Pesantren Miftahussa'adah Kecamatan Putra Rumbia, Kabupaten Lampung Tengah.
Ā
Pada Sabtu (27/3) malam NahdliyinĀ menggelar tahlil tujuh hari wafatnya Nyai Suryani.
Ā
WasekjenĀ PBNU, H Abdul Mun'im DZ mengatakanĀ Nyai SuryaniĀ berasal dari Kebumen, Jawa Tengah. Nyai Suryani menjadi santri Mbah HasyimĀ tahun 1940-1947, kemudian masuk ke Lampung pada kisaran 1960-an.
Ā
Menurut Mun'im, Nyai SuryaniĀ adalah sosok yang istimewa. "Saat nyantri di Tebuireng Jombang beliau yang mendapat tugas, mengasma'i bambu runcing yang hendak digunakan perang melawan Sekutu 10 November 1945 di Surabaya dan dalam menghadapi Agresi Belanda 1947 dan 1948," kata AbdulĀ Mun'imĀ DZ.
Ā
Tidak hanya itu, lanjutnya, Nyai SuryaniĀ yang kala itu masih muda belia turun di front selatan Jombang Kediri melawan Agresi Belanda.Ā
Ā
"Setelah perjuangan melawan penjajah usai perempuan kelahiran Kebumen itu menghilang dari peredaran. Ternyata selama ini beliau menyamar sebagai dukun bayi di Lampung Tengah, juga banyak membantu pembangunan masjid dan langgar di daerahnya," lanjut Mun'im.
Ā
Mun'imĀ meneruskan, sekitar tahun 2015 identitas sang dukun bayi yang bernama Mbah Suryani itu adalah santri Mbah Hasyim Asy'ari yang bernama Djuwariyah atau Syuriyah. Tersingkapnya rahasia tersebut berkat kewaskitaan seorang kiai yang mendapatkan isyarat agar berguru pada dukun bayi itu.
Ā
"Setelah dikorek akhirnya Mbah Nyai Suryani membeber jatidirinya sebagai santri Mbah Hasyim Asy'ari, antara tahun 1940-1947. Para santri Mbah Hasyim yang lain seperti Mbah Sulhani Tlangbawang segera merapat, dan Mbah Muhilal Jambi segera kontak," lanjut penulis buku Fragmen Sejarah NU.
Ā
Diceritakan, Mbah Suryani pernah ditugasi Mbah HasyimĀ mengisi mantra bambu runcing dan penjalin sebanyak 250 buah. Beberapa di antaranya sangat ampuh, apa saja yang diterjang pasti berantakan. Bahkan ketika ditusukkan ke pohon langsung layu.
Ā
Di usianya yang senja Nyai SuryaniĀ mengajar mengaji untuk jamaah di sekitarnya, selain mengobati tetangga yang sakit tanpa meminta upah.
"Sebagai seorang pejuang, walaupun hidup di tengah perkebunan karet yang sepi terpencil, beliau selalu memikirkanĀ keselamatan NU. Padahal tidak berhubungan dengan pengurus NU mana pun dan tahu kondisi NKRI, walau tidak pernah ketemu pejabat mana pun. Beliau selalu berdoa untuk kejayaan NU dan keutuhan NKRI," kata Mun'im.
Ā
Selain itu, Mun'imĀ menceritakan, Nyai SuryaniĀ sering menasihati agar bersabar di NU, karena NU sedang menghadapi tantangan keretakan.
Ā
"Ikatan NU memang longgar, karena itu harus dijaga agar jangan sampai ambyar. Keikhlasan dan ketulusan serta kesungguhan yang bisa menyelamatkan NU. Kalau NU kuat insyaallah negara tenteram dan aman tidak ada yang berani mengganggu. 'Doaku bersama kalian semua'. Demikian Mbah JuwariyahĀ atau Nyai Suryani mengakhiri wejangannya," pungkas Mun'im.
Ā
Kontributor: Akhmad Syarief Kurniawan
Editor: Kendi Setiawan
Terpopuler
1
Gus Yahya Ajak Seluruh Pengurus NU Siapkan Muktamar Ke-35 sebagai Jalan Terhormat dan Konstitusional
2
Pertemuan Mustasyar, Syuriyah, dan Tanfidziyah di Lirboyo Putuskan Muktamar Ke-35 NU Bakal Digelar Secepatnya
3
KH Miftachul Akhyar Undang Rapat Konsultasi Syuriyah dengan Mustasyar PBNU di Pesantren Lirboyo
4
Gus Yahya Tanggapi KH Miftachul Akhyar soal AKN-NU, Peter Berkowitz, hingga Dugaan TPPUĀ
5
KH Miftachul Akhyar Sampaikan Permohonan Maaf terkait Persoalan di PBNU
6
Khutbah Jumat: Rajab, Shalat, dan Kepedulian Sosial
Terkini
Lihat Semua