Opini

Penerapan Ilmu Perawatan Mesin dalam Menjaga Keimanan

Sabtu, 3 Juni 2017 | 07:06 WIB

Oleh Rulli Rachman
Memahami agama bisa dengan berbagai cara. Paham tidak hanya secara literal tapi juga penghayatan dan pengamalannya. Penghayatan dan amal ini yang penting menurut saya, karena Islam adalah jalan hidup untuk mencapai taraf keberserahdirian yang hakiki. Yang utama tentu saja dengan mengkaji Al-Qur’an sebagai petunjuk umat Islam. Dalam ilmu yang saya tekuni, saya menemukan adanya korelasi tertentu antara ilmu perawatan mesin dengan agama. Berikut penjelasannya.

Ilmu perawatan mesin mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Generasi pertama sekitar tahun 1940 s/d 1950 menerapkan metode perawatan breakdown maintenance – memperbaiki mesin hanya di saat mengalami kerusakan. Kemudian berkembang ke generasi kedua sampai tahun 1980. Generasi ini sudah mengenal konsep perencanaan dalam organisasi kegiatan perawatan dan mulai menggunakan alat bantu komputer tipe awal –komputer dengan ukuran besar dan lamban dalam proses data. Sampai akhirnya generasi modern memperkenalkan konsep perawatan mesin terbaru yang bernama Reliability Centered Maintenance (RCM)– perawatan mesin berbasis kehandalan (reliability). Konsep dasar dari sistem perawatan ini adalah melakukan berbagai teknik perawatan untuk menjaga supaya si mesin tetap berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Strategi perawatan ini dikembangkan dari industri aviasi (penerbangan) yang menuntut performa dan faktor keselamatan (safety) yang tinggi.

Beberapa teknik perawatan yang termasuk di dalamnya misalnya perawatan harian (daily maintenance), perawatan berkala (preventive maintenance), perawatan korektif (corrective maintenance) dan pengamatan mesin berbasis kondisi (condition monitoring).

Ilmu perawatan mesin ini sesungguhnya bisa diterapkan dalam usaha kita untuk menjaga keimanan dan meningkatkan ketakwaan. Filosofinya juga sama: bagaimana caranya supaya manusia itu tetap menjalankan fungsinya dengan baik yakni menjadi khalifah di muka bumi.

Kita ambil contoh obyeknya adalah mesin diesel. Metode perawatan harian yang dilakukan pada mesin diesel terdiri dari pemeriksaan tekanan oli, mencatat temperatur air pendingin, pengamatan kondisi mesin secara visual dan lain-lain. Perawatan harian ini biasa disebut juga first line maintenance, karena gejala kerusakan mesin dapat dideteksi secara dini dari pengamatan rutin.
 
Sedangkan perawatan harian yang bisa kita lakukan untuk menjaga keimanan adalah tentu saja dengan menjalankan kewajiban shalat lima waktu, berzikir sesudah shalat, bertafakkur –merenungi kesalahan-kesalahan kecil yang mungkin kita perbuat dalam waktu seharian. Shalat malam pun sebaiknya dimasukkan dalam jadwal perawatan harian. Bukankah shalat termasuk dalam baris pertahanan pertama untuk mencegah dari perbuatan keji dan mungkar?

Perawatan berkala (preventive) yang dilakukan pada mesin diesel biasa dilakukan dalam kurun waktu 6 (enam) bulan atau satu tahun, tergantung dari kondisi si mesin. Beberapa task yang termasuk dalam perawatan berkala ini terdiri dari pembersihan filter udara (ganti apabila memang sudah kotor), penggantian oli berikut filternya, setel klep –katup isap dan katup buang- untuk memperoleh settingan pembakaran yang sempurna, periksa injektor bahan bakar dan sebagainya. Bahkan mungkin perlu dilakukan pemeriksaan pada ruang bakar yang sudah kotor akibat deposit dan kerak yang menempel.

Perawatan berkala atau perawatan yang sudah terjadwal waktunya untuk diri kita sebagai insan akan kita temui pada bulan Ramadhan ini. Mau tidak mau, suka tidak suka, kewajiban puasa Ramadhan harus kita jalani sekali dalam waktu satu tahun. Dan waktunya sudah ditentukan pada bulan Ramadhan sehingga tidak dibenarkan apabila kita mengerjakan puasa sebulan penuh ini di waktu yang lain. Melalui puasa Ramadhan ini maka tubuh kita akan dibersihkan dari syahwat dan hawa nafsu, supaya jiwa kita kembali bersih, mencapai fitrah di hari raya nanti.

Mengeluarkan zakat juga bisa dimasukkan dalam kategori perawatan berkala. Kalau sudah masuk nishab-nya maka wajib dikeluarkan zakatnya.
 
Lain halnya dengan perawatan korektif. Moda perawatan ini dilakukan apabila mesin mengalami kerusakan minor sehingga perlu diambil tindakan. Sama seperti mesin yang mungkin saja tiba-tiba mengalami kerusakan ini, kita pun juga mengalami hal yang sama. Bisa jadi tanpa diduga kita mengalami musibah-musibah kecil yang sesungguhnya kejadian ini bisa dijadikan refleksi perbaikan ibadah kita.

Misalnya uang kita hilang, mungkin itu bentuk teguran bahwa kita masih kurang sedekahnya. Misalnya lagi usaha kita jadi bangkrut, mungkin ada yang salah dalam usaha kita entah kita melakukan kecurangan, praktik korupsi atau menikung orang lain. Atau perut kita sakit (mules) bisa jadi pertanda bahwa kita sudah mengkonsumsi makanan yang notabene bukan merupakan hak kita. Bisa jadi. 

Yang perlu diwaspadai adalah apabila terjadi breakdown, kerusakan parah. Contoh, mesin diesel bisa saja mengalami overheat apabila air pendingin ruang bakar tidak berfungsi sebagaimana seharusnya. Kondisi ini berakibat pada tidak bisa beroperasinya mesin selama beberapa waktu. Tentu saja karena harus dilakukan perbaikan termasuk penggantian material dan suku cadang yang rusak. Belum lagi kalau ternyata suku cadang yang dibutuhkan tidak tersedia di gudang, maka harus menunggu pengiriman.

Kita pun bisa saja mengalami breakdown ini. Saat kita dianugerahi dengan penyakit sehingga mengharuskan kita untuk beristirahat selama beberapa hari, sebenarnya saat itulah Allah sedang melakukan pembersihan `terhadap dosa kita. Jadi jangan berburuk sangka pada Allah, dipikirnya kalau kita sakit itu berarti disiksa. Justru itu sebagai ujian untuk kita supaya naik level ke arah yang lebih baik.

Pada akhirnya bagaimana caranya kita menjaga supaya keimanan kita tetap dalam kondisi prima, bahkan meningkat. Pemeliharaan untuk menjaga kondisi mesin bisa diimplementasikan pada keseharian ibadah kita. 

Tidak ada mesin yang tidak bisa diperbaiki. Setiap jenis kerusakan pasti ada penyebabnya. Begitu pun dengan diri kita, kerusakan-kerusakan kecil (dosa) sebaiknya langsung ditanggulangi untuk mencegah kerusakan yang lebih besar. Minimal istighfar untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama, sejatinya adalah bentuk taubat yang paling kecil. Wallahualam 

Penulis adalah menikmat kopi, bola, dan buku. Bisa dihubungi di (https://www.facebook.com/rulli.rachman ), twitter @RulliSisko