Oleh Ahmad Rozali*
Sejak kemarin malam hingga siang tadi tanda pagar #SiapPakEdy menjadi trending topik di twitter Indonesia. Tagar ini viral setelah Aiman Witjaksono, host Kompas TV mewawancarai Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi atas kasus meninggalnya seorang suporter muda kesebelasan Persija Jakarta bernama Haringga Sirla di Bandung. (Semoga Allah mengampuni dosa-dosanya. Amin)
Awalnya wawancara berjalan normal saja, hingga pada akhirnya Aiman menanyakan apakah kasus kematian Haringga ini tidak membuat Edy Rahmayadi terganggu menjalankan tugas sebagai Gubernur Sumatra Utara. Alih-alih menjawab, Edy justru memainkan apa yang disebut dalam logical fallacies sebagai ‘attacking motive’ dengan mempertanyakan hak Aiman melontarkan pertanyaan tersebut. “Apa urusan anda menanyakan itu?” kata Edy yang kental dengan nada kesal.
Sejak itu, warga netizen di twitter bereaksi dengan memunculkan tagar #SiapPakEdy. Sejauh penelusuran penulis, sejak dimulai Senin Sore (24/9) hingga Selasa (25/9) siang tadi, sudah puluhan ribu kali twit dan retwit di twitter hingga sempat menaikkannya ke permukaan trending topic di per-twiterra-an tanah air.
Dari situ penulis mencatat beberapa hal menarik. Pertama, ini merupakan satu contoh betapa cepatnya respon warga dunia digital terhadap sebuah kejadian. Terdapat pro-kontra di dalam menanngapi wawancara itu.
@FunJungkies misalnya mengapresiasi sikap Edy Rahmayadi sebagai sikap dasar manusia yang tidak mau jika urusannya diketahui publik. “Pak Edy adalah suara kita semua. Karena pada dasarnya kita selalu pengen jawab “Apa urusan anda menanyakan itu” kepada manusia-manusia yang kepo sama urusan kita. I bow to you sir #SiapPakEdy.
Selain yang bernada positifm tak sedikit netizen yang menanggapinya dengan sindiran dalam kalimat satire, misalnya seperti yang ditulis @rajief_JR:
Pak Edy ambil duit di ATM
ATM: "Apakah anda ingin melanjutkan transaksi lainnya?"
Edy: "Apa urusan anda menanyakan hal itu?" #SiapPakEdy
Akun @Pa_phie menulis hal serupa:
Pak Edy ke Dokter
Dokter: "Apa keluhan bapak?"
Pak Edy: "Apa hak anda menanyakan itu?"
Dokternya langsung sakit. #SiapPakEdy
Ada juga yang menuliskan jenis satire yang lain seperti yang ditulis akun @LvNama: “Pak Edy maju capres, warganya yang blusukan”. Akun @Giapratama menulis: “Pak Edy kemalingan, malingnya yang kehilangan #SiapPakEdy. Akun @zonatalina menulis: “Pak Edy masih ngantuk, matahari batal terbit. #SiapPakEdy
Yang lain menyamakan perilaku Edy dengan gaya era militerisme orde baru ala Soeharto. @paltwest memosting sebuah video dua layar yang berisi video Soeharto saat menanyakan “Kenapa kamu tanya begitu?” bersama dengan video Edy dengan pertanyaan senada.
Dalam hemat penulis, Edy Rahmayadi sebagai pejabat publik tak seharusnya bersikap kaku terhadap wartawan media massa. Sebagai representasi media massa, seorang wartawan memang bertugas menguatkan demokrasi dengan cara memantau kebijakan publik, termasuk dengan cara yang dilakukan Aiman.
Peran wartawan dalam era demmokrasi pasca runtuhnya era Orde Baru direkam dalam karya Nyarwi Ahmad, dalam ‘Paradoks Media Sebagai Pilar Keempat Demokrasi’. Ia menulis "Media massa memiliki peran penting sebagai pilar keempat demokrasi di Indonesia. Pembebasan media massa pasca era Suharto bertujuan untuk menguatkan sistem demokrasi di Indonesia".
Selain itu penulis menilai bahwa cara kepemimpinan Edy yang cenderung tertutup kurang relevan dengan kebutuhan zaman saat ini. Di era demokrasi dan media sosial seperti sekarang seorang pemimpin dituntut untuk lebih mendengarkan masukan dan kritik dari berbagai pihak. Apalagi saat ini, Edy Rahmayadi tak hanya mejabat sebagai Ketua Umum PSSI saja. Ia juga menduduki kursi Gubernur Sumatra Utara sekaligus Pembina PSMS Medan.
Dengan pola kepemimpinan kaku seperti itu, sepertinya manajemen persepakbolaan Indonesia masih membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuka diri pada publik. Dalam kondisi semikian, yang paling dirugikan adalah warga pecinta sepak bola dan yang tak kunjung menikmati perbaikan yang substansial.
Sebenanarnya, apa yang ditanyakan Aiman bukan barang baru. Tuntutan agar Edy mundur dari jabatannya sebagai Ketua Umum PSSI juga sudah lama terdengar. Yang teranyar, tuntunan itu muncul lagi setelah Edy dilantik sebagai Gubernur Sumatra Utara beberapa waktu lalu. Namun tampaknya tuntunan itu tak berarti banyak buat Edy.
Kematian supporter belia berusia 23 tahun belum bisa menggugah hatinya untuk meninggalkan kursi PSSI agar dikelola seseorang secara 'full time' dengan lebih serius dan lebih ahli. Padahal dalam sebuah hadist Nabi Muhammad Saw bersabda, “Apabila suatu perkara diserahkan pada yang bukan ahlinya, maka tunggulah saat kehancuran”.
Penulis adalah redaktur NU Online dan sedang menempuh pendidikan Master di School of Government and Public Policy.
Terpopuler
1
Sosiolog Sebut Sikap Pamer dan Gaya Hidup Penyebab Maraknya Judi Online
2
Menkomdigi Laporkan 80 Ribu Anak Usia di Bawah 10 Tahun Terpapar Judi Online
3
Komisi III DPR Singgung Judi Online Masuk Kategori Kejahatan Luar Biasa
4
Kabar Duka: KH Munsif Nachrowi Pendiri PMII Wafat
5
Besok Sunnah Puasa Ayyamul Bidh Jumadal Ula 1446 H, Berikut Niat dan Keutamaannya
6
Khutbah Jumat: Mari Selamatkan Diri dan Keluarga dari Bahaya Judi Online
Terkini
Lihat Semua