Revitalisasi Resolusi Jihad NU
Oleh Muhibin A.M.
Setelah dua bom atom dijatuhkan tentara sekutu di Hiroshima dan Nagasaki, seluruh elemen pasukan Jepang di wilayah-wilayah jajahannya melemah. Mereka merasa tepukul oleh peristiwa mengerikan itu dalam sejarah bangsanya. Pada akhirnya, Jepang harus menyerah kalah dan menarik seluruh pasukannya dari konsentrasi-konsentrasi jajahannya. Saat itulah Indonesia yang sebelumnya memperoleh janji kemerdekaan dari Jepang tidak mau menunggu lama-lama. Para pemuda Indonesia, saat mengetahui posisi Jepang sedang lemah, dengan gerakan khas revolusioner, pada akhirnya Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia dan melucuti senjata tentara Jepang tanpa syarat.
Namun, peristiwa itu bukan serta merta membuat Indonesia bebas dari penjajahan. Pada pertengahan September 1945, pasukan Inggris dengan nama NICA (Netherland Indies Civil Administration) mendarat di Jakarta. Selama Oktober, pasukan Inggris menduduki sebagian besar wilayah Sumatera (Medan, Padang dan Palembang), Bandung (Jawa Barat) dan Semarang (Jawa Tengah). Sedangkan kota-kota besar di Indonesia bagian timur diduduki Australia. Namun, saat ingin menaklukkan Jawa Timur, pasukan Inggris yang diboncengi NICA mendapat perlawanan keras dari para kiai dan santri di hampir seluruh Jatim, yang merupakan kaum nahdliyin (warga Nahdlatul Ulama/NU). Apalagi saat itu bergema “Resolusi Jihad” yang difatwakan Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy’ary kepada warga NU, jelas merupakan sumber semangat baru menghadapi penjajah.
Ahad, 16 November 2008 | 23:00 WIB